Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Gaji Rekan Kantor Lebih Besar, Apa yang Harus Kita Lakukan?

Diperbarui: 22 Oktober 2016   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu Ini Adalah Pekan Gajian Bagi Para Pekerja/ www.liputan6.com

Menurut Kahlil Gibran, “ibu” adalah “kata tersejuk yang pernah dilantunkan oleh bibir manusia.” Namun, bagi pekerja kantoran, barangkali “gajian” adalah “kata yang jauh lebih sejuk terutama ketika disebutkan pada awal bulan!”

Minggu ini, terhitung tanggal 26 September - 2 Oktober, kita memang tengah memasuki pekan gajian. Setelah menyelesaikan pelbagai tugas, kini tibalah saatnya kita “memetik” hasil jerih payah yang sudah dikerahkan selama sebulan.

Kita umumnya merasa senang sewaktu menerima gaji. Namun demikian, ketika mendiskusikan besaran gaji, terutama kepada teman sekantor, kita mungkin merasa canggung atau jengah.

Pembicaraan soal gaji memang sensitif. Akan tetapi, kita selalu saja tertarik membicarakannya biarpun harus secara diam-diam alias “kasak-kusuk”.

Sebagai contoh, sewaktu menerima gaji, pernahkah terlintas di pikiran kita sebuah pertanyaan sederhana berikut ini. “Kalau gajiku sekian, kira-kira berapa ya gaji rekan kerjaku? Apakah gajinya sama denganku, lebih rendah dariku, atau justru lebih tinggi? Kemudian, berapa pula gaji yang diterima oleh atasanku?”

Itu adalah pertanyaan yang umum diajukan oleh para pekerja. Pertanyaan itu biasanya hanya disimpan di hati saja lantaran kita terlalu takut menanyakannya secara langsung.

Kalaupun berani diajukan, paling-paling kita hanya bertanya pada teman kantor tertentu. Seseorang yang dapat dipercaya alias dianggap mampu menjaga “rahasia kecil” itu sehingga situasi kantor bisa terus berlangsung kondusif.

Mengapa pembicaraan seputar gaji dilakukan secara sembunyi-sembunyi seperti “bisik-bisik tetangga”? Hal itu tentunya bertujuan meminimalkan kecemburuan sosial, yang mungkin muncul di lingkungan pekerja.

Misalnya saja, kita adalah seorang programer komputer di sebuah perusahaan vendor yang digaji sekitar lima juta per bulannya. Nominal itu muncul setelah kita menjalani negosiasi gaji dengan HRD perusahaan pada tahap seleksi penerimaan pegawai.

Namun, setelah sekian bulan bekerja, kita mengetahui kalau rekan setim kita, sesama programer, diupah tujuh juta rupiah per bulannya. Dua juta lebih tinggi dari kita!

Padahal, proyek yang dikerjakan sama. Tugas yang harus dituntaskan sama. Jam kerja yang ditentukan pun sama. Kemudian, dalam hati kecil kita, kita bertanya, “Mengapa ya aku dibayar lebih sedikit sementara teman sekantorku jauh lebih banyak dengan beban kerja yang sama?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline