Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Mengenalkan Perbedaan Gender di Museum Tubuh

Diperbarui: 18 Juli 2016   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.tripadvisor.com

Museum Tubuh alias The Bagong Adventure Human Body Museum menawarkan konsep edukasi yang unik. Di dalam museum tersebut, kita akan belajar mengenal organ-organ tubuh manusia. Museum yang terletak di Kota Batu, Malang, tersebut berisi pelbagai replika tubuh manusia dari kepala sampai kaki. Dengan menelusuri lorong di museum tersebut, kita akan mendapat wawasan seputar fungsi organ tubuh, serta cara perawatannya. Museum tersebut menjadi sebuah destinasi yang layak dikunjungi untuk mengisi waktu liburan seperti sekarang ini.

Museum tersebut tak hanya dikunjungi oleh orang dewasa, tetapi juga banyak didatangi oleh anak-anak sekolah. Dengan pelbagai media yang interaktif, anak-anak tersebut dapat dengan mudah memahami sistem tubuh manusia. Anak-anak tersebut bisa mengetahui cara kerja otak, jantung, paru-paru, dan ginjal di dalam tubuh lewat alat peraga yang disediakan.

Namun tidak semua zona tubuh bebas didatangi oleh anak-anak. Zona tertentu, seperti zona organ reproduksi, tertutup untuk anak-anak. Untuk mengakses zona tersebut, terdapat batasan usia yang harus dipenuhi. Jadi, tidak semua anak dibolehkan memasuki zona tersebut.

Menurut hemat saya, pelarangan tersebut tentu mempunyai alasan yang kuat. Di dalam zona tersebut tentu terdapat pelbagai informasi terkait cara kerja sistem reproduksi manusia. Di situ tentu terdapat juga berbagai replika organ seksual, gambar-gambar morfologi kelamin, dan video tentang proses reproduksi.

Tentu saja semua bentuk informasi dikemas secara ilmiah, sehingga tidak terkandung unsur pornografi di dalamnya. Namun demikian, hanya pengunjung berusia cukuplah yang diizinkan masuk karena dianggap sudah mempunyai pemahaman soal sistem reproduksi manusia dengan baik.

Alternatif Edukasi Seks

Bagi anak-anak yang belum memahami soal seks, zona tersebut sebetulnya bisa menjadi sebuah alternatif untuk edukasi seks. Zona tersebut tak hanya memuat perbedaan antara pria dan wanita secara anatomis, tetapi juga menjelaskan cara memelihara kesehatan sistem reproduksi tersebut. Selain itu terdapat pula berbagai informasi tentang penyakit menular, seperti HIV. Hal itu tentunya sangat penting supaya anak mengenal dan mengantisipasi penularan penyakit tersebut.

Keberadaan Museum Tubuh tentunya juga membantu edukasi seks di sekolah-sekolah. Sejauh ini topik tentang seks masih dianggap tabu untuk dibicarakan. Oleh sebab itu, edukasi seks yang dilakukan di sekolah umumnya diberikan sepintas lalu, disampaikan secara tersirat, dan diambil dari sudut pandang biologis semata.

Semua itu terjadi lantaran pembicaraan seputar seks dianggap berbenturan dengan norma sosial yang dianut masyarakat Indonesia. (Selengkapnya silakan baca tulisan saya yang berjudul Empati Dalam Edukasi Seks di Sekolah)

Padahal, kalau hanya diajarkan ala kadarnya, pemahaman anak terhadap seks bisa sangat dangkal, sehingga tidak jarang anak menganggap kalau seks itu sekadar alat pemuas nafsu birahi dan keberlangsungan ras manusia. Untuk meluruskan pandangan tersebut, orangtua harus mempunyai pemahaman yang baik dan penyampaian yang tepat, sehingga anak memperoleh wawasan yang dalam tentang makna luhur dari seks.

Saya ingat pernah mendengar penuturan dosen saya sewaktu menjelaskan edukasi seks di kelas. Penjelasan tersebut sungguh unik karena dosen tersebut menggunakan perumpamaan proses mendaki gunung untuk menggambarkan seks.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline