Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Tinjauan Tindak Tutur Austin pada Wacana Sugesti dan Motivasi

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Tidak selalu api itu panas rasanya. Saya pernah menyaksikan suatu acara hipnosis di televisi. Seorang penghipnosis mengatakan bahwa dengan hipnosis kita dapat mengubah persepsi seseorang tentang sesuatu. Misalnya, kita dapat mengubah persepsi seseorang bahwa api itu dingin dan es itu panas. Penghipnosis itu kemudian menggunakan wacana sugesti pada seorang relawan. Setelah bangun dari kondisi hipnosisnya, si relawan dihadapkan pada sebatang lilin dan sebongkah balok es, dan mengatakan bahwa nyala api pada lilin itu terasa dingin, sementara uap es terasa panas. Kunci dari permainan hipnosis itu adalah penggunaan wacana sugesti. Dalam linguistik, penggunaan wacana tersebut sebetulnya dapat dikaji dengan menggunakan teori tindak tutur Austin.

Austin menggolongkan tindak tutur menjadi 3 jenis, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi menyatakan suatu informasi, seperti kalimat berita. Ilokusi menyatakan suatu informasi dan sekaligus niatan untuk bertindak. Misalnya, ada kalimat "saya akan datang ke pernikahanmu". Kalimat tersebut, selain menyampaikan suatu informasi, juga menyatakan niat untuk datang ke suatu acara pernikahan. Wacana ilokusi sering kita temui pada saat membuat janji, menanyakan sesuatu, dan memerintah. Sementara itu, pertuturan perlokusi menyatakan informasi yang menimbulkan suatu efek psikologis pada pendengarnya. Kalimat seperti di kamarmu ada seekor macan dapat menimbulkan rasa takut pada diri seseorang.

Wacana motivasi juga termasuk perlokusi. Wacana tersebut sering ditujukan untuk kepentingan yang positif. Sebagai contoh, kalau kita mendengar motivasi dari Mario Teguh, Andrias Harefa, dan Tung Desem Waringin, atau pidato yang menggugah dari Bung Karno, Lincoln, dan Aung San Suu Kyi, akan timbul suatu niat pada diri kita untuk bangkit dari titik pesimisme. Wacana tersebut memiliki daya perlokusi yang kuat sehingga mampu mendorong pendengarnya untuk bertindak.

Untuk lebih jelas perhatikanlah wacana berikut ini.

Setiap orang memang dilahirkan berbeda-beda. Satu sama lain punya kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda pula. Karena itu, tak jarang kita punya pandangan di mana kita merasa tiap orang dilahirkan dengan bakat masing-masing pula. Memang, tak salah. Namun, adanya bakat tanpa diasah pun bisa jadi sia-sia belaka. Bahkan, meski dengan talenta segudang, tak menjamin seseorang akan sarat prestasi, tanpa adanya kemauan dan kerja keras untuk mengasah talenta tersebut agar jadi kekuatan nyata. Karena itu, sebenarnya, kemauan keras yang dibalut dengan ketekunan yang justru akan mengasah kita dalam kerasnya kehidupan ini. Tekun berarti kita selalu mau dan mampu menjalani berbagai proses "mengasah" bakat sejati kehidupan. Dengan ketekunan ini, seseorang akan tampil sebagai pemenang sejati dalam setiap episode kehidupan yang dijalankan. Karena itu, jangan pernah merasa rendah diri jika tidak memiliki talenta. Buktikan bahwa kita juga bisa jadi juara dengan modal ketekunan. Apalagi jika ditambah dengan talenta yang sudah ada, akan jadi formula pelengkap yang akan jadi kekuatan luar biasa.

Apakah Anda merasa bersemangat setelah membacanya? Wacana di atas dapat memberi pengaruh positif yang kuat pada diri kita sehingga pesimisme yang muncul di dalam diri kita dapat dihalau. Wacana tersebut juga memberikan suatu dorong bahwa kalau kita tekun, kita bisa meraih kesuksesan dalam diri kita walaupun kita tidak memiliki bakat.

Sebagaimana telah disinggung di muka, tipe wacana juga dapat kita jumpai dalam dunia hipnosis. Wacana tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, seperti untuk terapi psikologi, kesehatan, hiburan, dan pendidikan. Untuk terapi psikologi, misalnya, penghipnosis menggunakannya untuk mengurangi rasa trauma, pesimis, minder, putus asa, marah, dan cemas yang berlebihan pada seseorang.

Coba amati wacana berikut.

Tarik nafas yang dalam... tahan... embuskan perlahan-lahan... dan tutup mata Anda.

Sekarang... bawa perhatian Anda pada kelopak mata Anda... otot-otot kecil pada mata Anda... rasakan... dan niatkan untuk melemaskan seluruh otot pada kelopak mata Anda... menjadi sangat rileks. Bagus... rasakan kini kelopak mata Anda... telah menjadi sangat rileks... benar-benar rileks... mata Anda menjadi sangat berat....

Pada saat Anda merasakan mata Anda telah benar-benar rileks dan berat... Anda kini boleh mencoba membukanya... rasakan rileksasi yang sangat dalam pada mata Anda... bagus... kini... coba buka mata Anda....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline