[caption id="attachment_340531" align="aligncenter" width="620" caption="Mendengkur (sumber: www.kompas.com)"][/caption]
Seorang wanita berpakaian serba hitam berdiri di sebuah podium yang terdapat di salah satu ruang krematorium. Krematorium itu adalah sebuah ruang berbentuk kotak dan bertembok putih yang dilengkapi oleh sejumlah kursi panjang, mimbar, dan oven kremasi. Di depan oven kremasi tersebut terdapat sebuah peti mati yang berisi jenazah suami wanita tersebut. Waktu itu adalah kesempatan bagi wanita itu untuk mengenang mendiang suaminya dan memberi salam perpisahan. Namun, alih-alih menyampaikan kenangan baik bersama suaminya, wanita itu malah menceritakan kebiasan mendengkur suaminya.
"Suami saya sering mendengkur pada saat tidur," wanita itu memulai ceritanya, "dan saya harus banyak-banyak bersabar karena suara dengkurnya sangat mengganggu seperti suara mesin mobil yang baru dihidupkan."
Hadirin tersenyum dan tertawa kecil mendengar cerita tersebut.
"Selain itu, ia juga sering kentut dan terkadang kalau suara kentutnya sangat keras, ia sampai terbangun dan berkata pada saya, 'sayang suara apa itu?'"
"'Ah, bukan suara apa-apa, kata saya, kembalilah tidur.'"
"Bisa Anda bayangkan saya terus mengalaminya setiap malam sepanjang usia pernikahan usia kami," lanjut wanita itu. "Bukankah itu sangat menjengkelkan?"
Beberapa hadirin mengangguk.
"Namun, pada saat suami saya dirawat di rumah sakit karena penyakitnya, itu bermakna lain bagi saya," tambah wanita itu. "Ketika suami saya terbaring di ranjang dan terdengar suara dengkur atau kentutnya, saya merasa lebih bahagia daripada sebelumnya karena suara itu menunjukkan bahwa suami saya masih ada."
Mata wanita tampak berkaca-kaca. "Kini, saya sangat merindukan suara itu; saya sangat merindukan suami saya," katanya sambil menghapus air matanya.
Kisah itu menunjukkan bahwa hal-hal kecil yang sudah sering kita alami dalam hidup kita dapat menjadi hal-hal yang bermakna besar pada saat kita sudah kehilangan kesempatan untuk mengalaminya lagi.