SANGAT simpatik imbauan Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw. "Pengungsi, kembalilah Ke Wamena. Keamanan sudah mulai kondusif. Kami menjaga keamanan seluruh warga," katanya.
Dikatakan Kapolda bahwa dia sangat memahami kerusuhan yang terjadi baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan yang mendorong warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Kapolda Waterpauw menyampaikan imbauannya itu di hadapan pengungsi Wamena di komplek Masjid Al Aqsa Sentani Jayapura, Selasa (1/10).
Dipastikan, kebanyakan pengungsi tersebut beragama Islam. Maklum, mereka merasa aman tinggal sementara di sana. Apalagi lokasinya tak jauh dari bandara.
Tentu mereka sudah terniat kembali ke kampung. Bahkan sebagian perantau Minang yang menyelamatkan diri dari bencana kerusuhan sudah diberangkatkan dengan kapal laut menuju Tanjungpriok berlanjut dengan bus ke Sumbar.
Sebenarnya imbauan Kapolda Waterpauw tersebut sangat melegakan. Menandakan bahwa pihak kepolisian siap mengamankan warga dari berbagai gangguan.
Apa yang disampaikan Kapolda Papua itu tentu perlu dipahami warga pengungsi, termasuk yang berasal dari Sumatra Barat. Trauma ketakutan itu otomatis menimpa siapa saja dalam situasi tak terkendali yang beragam bentuknya. Namun demikian kini keadaan berangsur membaik. Provokator satu-persatu ditangkap dan menjalani proses hukum.
Kita tentu sangat menyesalkan terjadinya beragam kerusuhan yang menimbulkan korban jiwa dan harta di negeri ini. Kenapa sampai darah tertumpah, nyawa melayang, dan harta benda jadi abu dimangsa api kerusuhan. Memprihatinkan memang. Nasi sudah jadi bubur. Air mata duka mengalir tak tertahan.
Kita punya aparat keamanan menyebar di seantero tanah air tercinta ini dengan beragam peralatan keamanan yang memadai. Namun, kenapa peristiwa Wamena itu sampai sedahsyat itu benar aksinya? Apakah terdeteksi pergerakan perusuh itu sebelum beraksi oleh pihak intelijen?.
Kita tentu tak pantas pula menyebut intelijen kecolongan. Namun dari peristiwa pilu yang mempermalukan banyak pihak ini tentu perlu dianalisa mendalam, dievaluasi, dan dicarikan solusi jitu agar tak terulang lagi.
Secara kebetulan penulis pernah berkunjung ke Wamena bersama rombongan wartawan senior yang dikoordinir PWI Pusat beberapa waktu lalu.