Lihat ke Halaman Asli

Adi Bermasa

TERVERIFIKASI

mengamati dan mencermati

Program Pala Ramal Saleh untuk Kesejahteraan

Diperbarui: 21 Februari 2019   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biji dan bunga pala dijemur warga Desa Gamtala, Kecamatan Jailolo, Maluku Utara. Rempah-rempah seperti pala dan cengkeh merupakan produk utama yang dihasilkan di daerah tersebut.(KOMPAS/AMANDA PUTRI)

ACUNGAN jempol pantas diarahkan kepada Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumbar sekarang, H. Ramal Saleh. Tanpa gembar-gembor Pak Haji ini menampilkan gebrakan mencengangkan melalui program penyebaran tanaman ekspor buah pala yang laris di pasaran dunia.

Gebrakan mencengangkan itu berupa penyebaran tanaman pala seribu hektare yang sudah dimulai di Kota Pariaman. Tentu secara terjadwal berlanjut ke daerah lainnya di Sumatra Barat.

Pohon pala tak begitu sulit memeliharanya, terutama bagi mereka yang punya kemauan kuat untuk kesejahteraan keluarga masa depan. Tanaman penghasil devisa itu mudah tumbuh di Sumbar yang berhawa sejuk. Bahkan di kawasan pesisir yang agak panas udaranya juga pantas dikembangkan.

Dalam usia 3 - 4 tahun, pohon pala sudah berbuah. Usia berbuahnya mencapai puluhan tahun. Yang penting, biarkan pala terus tumbuh subur. Cukup dibersihkan lingkungannya dari tumbuhan liar berakar tunggang.

Semasa penjajah bercokol di negara tercinta ini beratus-ratus tahun lamanya, pohon pala dimasyarakatkan pengembangannya. Namun setelah merdeka, entah kenapa pala tak dilrik lagi oleh pemerintah untuk dikembangkan.

Masih untung, daerah ini punya putra terbaik, Ramal Saleh, yang berinisiatif mengembangkan tanaman ekspor yang menguntungkan ini. Kita maklum, sudah beragam tanaman ekspor dikembangkan di Sumbar. Misalnya sawit. Namun yang terjadi sekarang, pasar dunia tak begitu lagi antusias melirik sawit Indonesia sehingga harganya sangat rendah. Kasihan kita kepada grup petani sawit ini. Tak berubah lenggang dari ketiak. Cengkeh jangan disebut lagi. Antusias petani untuk mengembangkannya tak lagi berdaya. Karet, sama saja. Petani sungguh tak berdaya karena mereka tetap saja dalam posisi tidak menguntungkan.

Bertitik tolak dari beragam penderitaan yang dialami petani tanaman ekspor di daerah ini, kini muncul Ramal Saleh dengan gerakan mandirinya yang tampil ke depan memproklamirkan hidup sejahtera melalui tanaman pala yang menjanjikan.

Berdasarkan perhitungan Ramal Saleh pada salah satu pemberitaan di media terbitan Sumbar baru-baru ini, petani diproyeksikan punya 25 batang pala. Nantinya setiap batang akan berbuah 3 kilogram sehingga menghasilkan 75 kilogram pala. Dengan asumsi harga Rp40 ribu per kilogram, maka setiap keluarga mendapat tambahan pendapatan Rp3 juta. Sungguh menguntungkan.

H. Ramal Saleh pebisnis tanaman ekspor tanpa banyak teori dan gembar-gembor mampu memunculkan pemikiran logis dan realistis untuk kita di daerah bertuah ini. Mampukah di antara kita, terutama cendekiawan petani menyerap ide cemerlang dari putra Pariaman yang sudah banyak makan asam-garam kehidupan di negeri ini?

H. Ramal bukanlah tukang ramal kehidupan. Yang jelas, program pala masa depan itu adalah ide cemerlang bagi yang berfikiran maju. Bahkan, beragam kelompok tani yang banyak terdapat di daerah ini pantas menyambut ide cemerlang Ramal Saleh itu. Sebab, masih banyak kawasan yang bisa dikembangkan tanaman pala. Tinggal lagi antusiasme petani untuk menindaklanjutinya.

Semoga saja gerakan seribu hektare tanaman Pala yang digerakkan Ketua Kadin Sumbar itu sukses meningkatkan kesejahteraan warga daerah ini di masa datang. *




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline