KABUPATEN Solok itu indah, hebat, dan warganya dinamis. Danaunya banyak, terbanyak di antara kota dan kabupaten di Indonesia. Ada Danau Singkarak, Danau Diatas, Danau Dibawah, dan Danau Talang.
Belum lagi aktifitas rakyatnya dalam bertani. Mereka banyak bertanam sayuran, teh, dan beragam buah-buahan. Begitu juga peternakannya. Sungguh luar biasa nikmat diturunkan Allah SWT kepada warga Kabupaten Solok.
Namun, sudah bisa 'dibanggakan'-kah kesejahteraan dunsanak empunya 'bareh Solok' yang terkenal nikmat itu?
KIeindahan kawasan Danau Kembar dengan wismanya yang 'rancak' belum begitu dinikmati pelancong. Terlihat sepi-sepi saja. Bahkan Danau Kembar masih belum mampu 'memperkaya' warganya. Belum sama dengan Maninjau dengan kerambanya yang menyemburkan miliaran rupiah tiap bulan melalui peternakan ikan yang 'tidak terkendalikan' lagi. Danau yang banyak terbentang luas di Kabupaten Solok tampaknya baru pada tahap menyejukkan mata memandangnya.
Kenapa Danau Kembar belum mampu menghasilkan 'pitih' miliaran seperti Danau Maninjau? Mungkin hal ini bisa dianalisa lebih dalam oleh ahlinya yang berkompeten.
Sebenarnya, rakyat Kabupaten Solok terkenal ulet. Dalam bertani mampu menghasilkan sayuran yang segar-segar. Berladang bawang saja sangat banyak untungnya. Boleh dikatakan, ribuan petani bawang di sekitar Danau Kembar melaksanakan umroh setiap tahun. Begitu juga petani kentang, lobak, sawi, bawang prei, dan lainnya. Tampak jelas kesejahteraannya.
Belum lagi peternak Kotoanau yang menguasai pasar daging di Sumatra Barat. Luar biasa hebatnya. Saksikan juga pedagang buah yang berjualan 24 jam di pinggir jalan negara. Mayoritas para pedagang itu adalah perempuan. Sungguh suatu kebanggaan, pertanda perempuan Solok hebat-hebat dalam berusaha meski mereka berjualan hanya dengan bangunan kedai sederhana yang dibangun dengan dana pribadi.
Harus diakui, rakyat Solok terkenal gigih berusaha untuk kesejahteraan mereka sekeluarga. Namun, jajaran pemerintahannya bagaimana? Kenapa dunia pariwisata di sini biasa-biasa saja? Kenapa Danau Kembar tak begitu mengundang pelancong 'mengelai-ngelai' di sini? Kenapa Danau Singkarak tak gesit perubahannya? Hotel Marjohan di Kacang sudah menghilang. Hotel-hotel lainnya di pinggir danau tak begitu 'segar' terlihat. Bahkan, objek wisata 'hutan di tengah kota' yang terkenal dengan sebutan THKW itu tak kunjung selesai-selesai. Sudah puluhan miliar rupiah dana dibenamkan di sana. Tapi hasilnya silahkan saja saksikan. Bahkan dikabarkan, kantor bupati yang masih 'rancak' rencananya akan diganti baru pula.
Belum selesai tukar guling gedung DPRD dengan Kota Solok, nyatanya beragam problema masih saja ibarat 'api dalam sekam' di kampung markisa itu.
Bagaimanapun juga, peran bupati, wakil bupati, dan DPRD diharapkan mampu keluar dari problema intern yang muaranya tentu saja akan merugikan rakyat banyak.
Kegigihan yang diperlihatkan rakyat Solok dalam meyejahtarakan dirinya juga pantas diperlihatkan secara maksimal oleh lembaga pemerintahannya di bawah kepemiminan Bupati Gusmal bersama Wakilnya Yulfadri Nurdin. Kekompakan Pak Bupati Gusmal dengan wakilnya mutlak diperlukan. Janganlah terjadi pula 'sengketa' pimpinan daerah seperti daerah lain.