Sudahlebih seabad lembaga pendidikan Islam modern, Thawalib Padangpanjang, berkiprah mencerdaskan anak bangsa di kawasan Asia Tenggara. Tidak terhitung jumlah alumninya yang telah berbhakti dalam berbagai usaha untuk kemajuan Islam di kawasan serantau ini.
Di antaranya terjun dalam bidang pemerintahan, swasta, politik, dan pendidikan. Hebatnya, rata-rata mereka sangat percaya diri dan sulit terombang-ambing dengan beragam rayuan duniawi. Keluarga besar Thawalib juga tampil dengan somboyannya 'mempertemukan peradaban barat dan timur dalam dunia pendidikan'.
Bagaimanapun hebatnya beragam goncangan melanda negeri ini, namun lembaga pendidikan Thawalib terus berjaya. Di masa penjajahan Belanda, alumni Thawalib tampil sebagai imam jihad membangkitkan semangat rakyat menghadapi penjajah. Keberadaan Thawalib di masa penjajahan termasuk diperhitungkan karena semangat jihad menentang kolonialisme terus berkumandang dari lembaga pendidikan ini. Meski gerilya politik (gerpol) penjajah terus menggerogoti perguruan ini, namun bukan ketakutan yang menimpanya. Tapi semakin di-gerpol Belanda, nyatanya gerakan sejenis semakin memperluas pengaruh Thawalib sampai ke seantero Sumatra Barat.
Muncul Syech Abbas Abdullah dengan lembaga sejenis di Padangjapang Limapuluh Kota dengan Darul Fununnya. Begitu juga di Maninjau, Sungayang, dan Parabek. Semuanya terus berkembang dengan jumlah murid meningkat sembari terus mengobarkan semangat jihad mengusir penjajah dari negeri ini.
Tidak terbantahkan, lembaga pendidikan Islam modern seperti Thawalib punya andil besar menegakkan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan anak bangsa yang besar ini. Boleh disebut, semua guru ataupun pendidik di awal-awal berdirinya lembaga pendidikan Thawalib merupakan gemblengan Syech Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, guru besar pendidik Islam dunia pada masanya yang berkedudukan di Mekkah Almukarramah.
Sekarang, sistem pendidikan Thawalib dengan gurunya para alumni Timur Tengah semakin berjaya di Indoesia. Asal gurunya atau pendidiknya alumni Timur Tengah, maka lembaga pendidikan Islam swasta, dimanapun lokasinya, selalu dibanjiri murid untuk menuntut ilmu pengetahuan.
Begitulah secuil sejarah perjuangan pendidikan Islam Thawalib Padangpanjang yang sudah mendunia. Sebab, sejak doeloenya, murid Thawalib banyak berdatangan dari pelosok negeri. Mulai dari Birma (Myanmar), Malaysia , Borneo (Kalimantan), Aceh, sampai ke Lampung dan tanah Jawa. Berbondong-bondong mereka menuntut ilmu ajaran Islam modern ke Kota Serambi Mekah Padangpanjang ini.
Kini, Thawalib Padangpanjang punya santri lebih dari seribu orang. Mulai dari jenjang pendidikan PAUD, TK, SD, Tsanawiyah dan Aliyah, dengan program unggulan kurikulum pondok berbasis Tafaqquh fiddin, membaca kitab kuning, keterampilan berbahasa Arab dan Inggeris, tahfiz, kepemimpinan, dan kewirausahaan.
Kampus Thawalib ini dibangun di atas tanah milik sendiri seluas empat hektare dengan jumlah guru dan karyawan sebanyak 193 orang. Lembaga pendidikan Thawalib ini dimotori pengurus yayasannya yang kuat dan kompak dengan Ketua Dewan Pembina Drs. Guspardi Gaus,MBA, M.Si serta Ketua Dewan Pengurus dijabat Ketua Umum Yan Hiksas, SE, M. Si, serta Ketua Dewan Pengawas dipercayakan pada Prof. DR. Zainul Daulay, SH,MH. Dewan pembina, pengurus, dan pengawas, juga dilengkapi dengan sejumlah nama lainnya yang cukup berpengaruh di tingkat Sumbar dan Indonesia dalam bidang pemerintahan, ke-Islaman, politik, budaya, dan pendidikan. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H