PAMERAN Hari Pers Nasional (HPN) di Museum Aditiawarman, dalam rangkaian puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2018 di Sumatera Barat, 8-9 Februari 2018 bagai sebuah diorama yang menggambarkan dengan jelas perjuangan wartawan Indonesia dalam memajukan bangsa ini. Begitu sulitnya masa dulu, terutama di era penjajahan yang mampu diterobos oleh para wartawan pejuang yang hanya 'bersenjatakan' pena dalam menerbitkan surat kabar.
Dengan bermodalkan semangat membara, tokoh pers 'era penjajahan' mampu menggelorakan semangat perjuangan untuk memajukan negeri tercinta ini. Sungguh tidak mungkin rasanya, pada era masa sulit, tokoh pers hebat mampu menerbitkan surat kabar. Tapi itulah faktanya yang tentu menimbulkan decak kagum.
Maklum, di zaman penjajahan mana ada investor punya uang banyak mensponsori terbitnya media massa. Namun begitulah, perjuangan berjibaku wartawan zaman dulu sungguh luar biasa. Itulah yang ditampilkan dalam pameran HPN. Sayang, pameran itu tampaknya belum begitu banyak pengunjungnya meski pada hari libur sekalipun. Termasuk wartawan 'zaman now' yang mungkin belum punya waktu untuk melihat dari dekat pameran tersebut.
Dari perjalanan sejarah pers di Indonesia, tergambar bahwa pameran ini punya makna yang dalam. Wartawan memang manusia langka. Hidupnya dari zaman ke zaman terbilang sederhana meski idealisme menyuarakan kebenaran dan keadilan selalu membara dalam sanubarinya. Sejarah perjuangan wartawan Indonesia sungguh tidak terbantahkan mengalami pahit getir di tengah perputaran roda zaman yang terus berubah.
Hal itulah yang juga ditampilkan dalam pameran pers, betapa getir dan pahitnya kehidupan dan perjuangan wartawan masa dulu. Berhadapan dengan penguasa yang marah karena dikritik adalah 'hal biasa'. Media diberangus bukan sesuatu yang mengherankan. Wartawan dibentak bukan peristiwa langka.
Itu dulu. Kini, wartawan 'zaman now' sudah hebat, terutama pemilik media. Punya jet pribadi sudah lumrah. Namun, nasib wartawannya yang idealis dan tetap punya pendirian kokoh mungkin masih banyak yang belum mengalami 'perubahan' berarti.
Rugi besar kalau wartawan tidak berminat menyaksikan pameran perjalanan Pers Indonesia. Bergegaslah ke museum Aditiawarman, Jalan Diponegoro, depan Hotel Inna Muara, Padang. Sebab, pameran pers ini entah kapan akan bisa disaksikan lagi di Sumatra Barat. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H