Lihat ke Halaman Asli

Adi Bermasa

TERVERIFIKASI

mengamati dan mencermati

PWI Sumbar Era Heranof

Diperbarui: 4 September 2017   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Tungganai' PWI Sumbar, Heranof Firdaus (dua dari kiri ) bersama penulis (dua dari kanan). (DOK PRIBADI)

Pantas disyukuri, PWI Sumatera Barat (Sumbar) era Heranof mampu melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Dua ekor sapi disumbangkan Kapolda Sumbar, Irjen Pol Fakhrizal, dan Dirut PT Semen Padang, Benny Wendry.

Meski progam berkurban saat lebaran Idul Adha sudah merupakan rutinitas, namun bagi PWI Sumbar di bawah kepemimpinan Ketua Heranof Firdaus, ini merupakan sesuatu yang baru.

Mari kita ambil hikmah dari turun tangannya Kapolda dan Dirut PT Semen Padang yang merupakan mitra wartawan dalam membangun kebersamaan di Sumbar yang kita cintai ini. Berkat ibadah kurban di PWI Sumbar, bertemulah sesama 'wartawan tua', bercengkrama dan tertawa yang mungkin saja dipaksakan. Bahkan, ada yang hanya asyik mendengarkan gurauan wartawan muda setingkat anak dan cucu wartawan yang sudah ringkih, datang didampingi anak atau cucunya.

Hebatnya, wartawan tua, uzur, tak banyak ketawa, namun anak dan cucu pedamping terlihat gagah, bergizi, cantik. Syukurlah. Meski si wartawan tua sudah larut ditelan zaman, namun dinasti pelanjutnya tampil sesuai zamannya. Tidak mengecewakan.

Dengan menenteng asoy putih berisi daging alakadarnya, mampu pertemukan kembali 'generasi uzur' dengan pelanjutnya, 'wartawan muda' yang penuh semangat.

Wartawan sekarang yang hidup di era digital dan serba modern, apakah mampu bertahan untuk hidup pada zamannya? Para anggota PWI yang kebanyakan mengabdi di dunia media cetak yang dikabarkan mulai tergerus zaman digital, bagaimana masa depan mereka?

Namun, sudah banyak juga di antara mereka yang 'terbang' dan 'hinggap' di media elektronik yang sedang jaya-jayanya. Mereka bergabung dalam Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI). Banyak pula di antara mereka bekerja dengan sistem kontrak, terutama para jurnalisnya. Ada berita, ada bayaran.

Namun jurnalis media surat kabar, bagaimana? Di Sumbar, sejak era reformasi jumlah surat kabar begitu berkembang, harian banyak, begitu pula mingguan. Yang terbit 'sesuka hati' apalagi, tak terbilang jumlahnya.

Begitu menjamurnya media sekarang, bagaimana dengan wartawannya? Kesejahteraannya, rumahnya, pendidikan anak-anaknya? Mereka banyak juga yang tidak bergabung dengan PWI.

Dulu, anggota PWI begitu diperhatikan. Diusahakan kesejahteraannya. Diasuransikan. Beragam dana kesejahteraan di media tempatnya bekerja. Membanggakan. Ada komplek wartawan Wisma Warta 1 dan 2. Ada kebun sawit. Era sekarang, tampaknya wartawan 'lebih mandiri'.

Bagaimanapun juga, tantangan era sekarang 'sangat beragam'. Bahkan, perkebunan PWI di Pasaman Barat tampaknya mendesak untuk dibenahi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline