SUNGGUH beruntung kehidupan Samsuri, pria asal Tulungagung, Jawa Timur. Dengan beternak ikan gurami di kampung istrinya, di Jorong Tanjungjati, Kabupaten Limapuluh Kota, dalam sebulan Samsuri mampu mendulang rezeki hingga Rp9 juta.
Lelaki cekatan berusia 49 tahun itu punya delapan kolam ikan yang dibangun memanfaatkan tanah di sekitar rumah istrinya, Kurniawati, dengan modal awal uang simpanannya saat bekerja selama 11 tahun di perusahaan kertas Indah Kiat di Perawang, Riau.
Berkat ketekunannya mengalihkan penghidupan dari buruh menjadi peternak ikan, kini Samsuri telah menjadi contoh bagi para peternak ikan di Kabupaten Limapuluh Kota. Bukan karena keilmuan tentang perikanan saja, tapi juga kemauan dan kerjakerasnya yang terbilang luar biasa.
Samsuri adalah salah satu contoh lelaki asal Jawa yang sukses hidup 'membaur' bersama penduduk di pedalaman Limapuluh Kota. Masih banyak 'Samsuri sukses' lainnya yang bermukim di pedalaman Limapuluh Kota dan di Sumatra Barat pada umumnya. Mayoritas lelaki, asal Jawa yang merantau atau beristrikan perempuan Sumatra Barat, kebanyakan rumahtangganya sukses anak-beranak. Rata-rata modal orang-orang seperti Samsuri yang menetap dan berusaha di Sumatra Barat adalah kerja keras dan keseriusan. Pantang menyerah. Segala hambatan dilaluinya.
Dari kegigihan dan keseriusan Samsuri mengolah kolamnya dipenuhi gurami, rezeki pun bisa dinikmatinya. Dalam sehar, Samsuri melayani peternak ikan di selingkaran daerahnya dengan menjual bibit gurami yang dipijahnya. Bibit gurami itu dijualnya ketika sudah sekira ukuran kotak korek api. Minimal, seekor gurami sebesar kotak korek api dijual Rp1.500. Lebih besar lagi, antara Rp2 ribu sampai Rp3 ribu.
Rata-rata dalam sehari Samsuri bisa menjual bibit gurami mencapai Rp300 ribu dan sebulan sekitar Rp9 juta, termasuk penjualan induk gurami. Induk gurami itu diolah oleh banyak rumah makan di Payakumbuh dan Limapuluh Kota menjadi masakan berupa gulai.
Samsuri boleh disebut perintis pengembangan peternakan ikan gurami di utara Kabupaten Limapuluh Kota. Secara berangsur-angsur, rintisannya itu sudah diikuti banyak orang. Namun, masih banyak juga pemilik kolam ikan di selingkaran jorong, nagari, dan kecamatan tempat Samsuri yang belum tergugah hatinya untuk mengolah kolam dengan beragam alasan klasik, seperti mudah diserang hama biawak atau ikan-ikan diambil maling. Namun Samsuri tidak ambil pusing dengan beragam alasan itu. Dia hanya berharap warga tersebut suatu saat nanti bisa tergugah hatinya dan merasakan potensi kolam ikan yang luar biasa.
Induk ikan gurami milik Samsuri maksimal besarnya enam kilogram. Gurami besar itulah yang dibibitkan. Setiap induk gurami melahirkan anak sekitar 3.000 ekor. Dengan masa pemeliharaan tiga bulan dan setelah itu sudah bisa dijual. Meski banyak peternak membeli bibit guraminya, namun Samsuri tidak pernah kehabisan stok.
Berkat ketekunannya berbisnis gurami, Samsuri bersama istrinya mampu melanjutkan tiga anaknya ke perguruan tinggi dua orang, yaitu di sekolah tinggi kebidanan, di Universitas Negeri Padang (UNP) dan paling bungsu masih di SD, Tanjungjati. Dia juga sudah memiliki rumah permanen yang dibangun tak jauh dari kolam ikannya. (Adi Bermasa)
PHOTO:
- Samsuri di kolam ikannya. (DOC. ADI BERMASA)