Lihat ke Halaman Asli

Adi Bermasa

TERVERIFIKASI

mengamati dan mencermati

DDII dan Pak Natsir dalam Kenangan dan Ingatan

Diperbarui: 27 Juli 2016   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian hadirin peserta Musywil DDII Sumbar (DOK. PRIBADI)

Silahkan baca 'Capita Selecta'. DI sana dijelaskan sejelas-jelasnya tentang Pak Natsir. Tokoh Minang, yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Dalam 'Capita Selecta' yang banyak jadi rujukan tokoh dan pemikir Islam dunia maupun orientalis, tergambar pemikiran Pak Natsir tentang kebangsaan, ke-Islaman, dan perdamaian dunia untuk kesejahteraan ummat, sesuai dengan kehendak Islam: 'rahmatan lilalamin'.

Pak Natsir bukan saja berkiprah sebagai tokoh nasional, beliau juga tokoh kebanggaan dunia yang disegani banyak kalangan. Pemikirannya luar biasa untuk kesejahteraan ummat dengan konsep dunia yang damai, terjauh dari beragam ketegangan dan pertentangan.

Di era awal-awal pemerintahan Presiden Soekarno, Pak Natsir dipercaya menjabat sebagai Perdana Menteri. Bahkan ketenaran dan pengaruh Pak Natsir semakin menjulang ke 'angkasa pemikiran', setelah Beliau memangku jabatan sebagai Ketua Umum Partai Masyumi.

Di lingkungan dunia Internasional, terutama negara-negara Islam, Pak Natsir adalah tokoh pemikir Islam bersahaja. Boleh dikatakan, kehebatan pemikiran Pak Natsir pada zamannya membuat dirinya dipercaya memimpin banyak organisasi Islam berskala Internasional. Misalnya Organisasi Konferensi Islam (OKI), Rabithah Alam Islami, dan lainnya.

Bahkan, dengan Raja Arab Saudi, Raja Faisal, Pak Natsir sangat akrab. Berkat lobi Beliau, maka Raja Faisal memberi kesempatan seluas-luasnya bagi anak muda Indonesia menuntut ilmu di berbagai perguruan tinggi ternama di Arab Saudi dengan beasiswa dari kerajaan setempat.

Semua anak muda mendapat kesempatan yang sama, apakah dia tamatan madrasah Perti, Muhammadiyah, Alwasliyah, NU, dan lainnya. Tidak ada 'pilih beda'. Asal jelas komit ke-Islamannya maka diberangkatkan ke Arab Saudi. Luar biasa Pak Natsir. Beliau begitu terbuka dan terjauh dari 'khilafiah'.

Kini, mereka yang pernah mengecap beasiswa dari Raja Faisal itu rata-rata sudah kembali ke Indonesia dan mengabdi sebagai cendekiawan Islam terkemuka di bidang pendidikan, politik, dakwah, bisnis, kesehatan, dan lainnya. Tidak sedikit di antara mereka jadi pimpinan lembaga pendidikan Islam ternama di negeri ini.

Begitulah Pak Natsir, tokoh kebanggaan umat Islam sedunia, putra Minang asal Maninjau yang dilahirkan di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, sekampung dengan Gamawan Fauzi, Gubernur Sumbar yang sukses dan pernah menjadi Menteri Dalam Negeri di era SBY.

Meki Pak Natsir pernah dipenjara karena tampil sebagai seorang pemikir yang ‘melebihi’ Soekarno, namun jasa besar sudah ditorehkannya untuk bangsa yang besar ini. Tercatat beragam perguruan tinggi Islam swasta ternama di berbagai kota besar di Indonesia dirintis pendiriannya oleh Pat Natsir, ada lagi rumahsakit Yarsi yang tersebar di mana-mana, lembaga pendidikan SLTP/SLTA setingkat madrasah seperti Thawalib dan masih banyak lagi. Semuanya itu 'dikomandoinya' dari Jalan Kramat Raya, 'Menara Dakwah'. Sekarang disana terdapat bangunan monumental Masjid Almunawwarah.

Pak Natsir dalam Kenangan dan Ingatan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline