Lihat ke Halaman Asli

Adi Bermasa

TERVERIFIKASI

mengamati dan mencermati

Ampiang Badadiah

Diperbarui: 9 Februari 2016   03:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ampiang Dadiah"][/caption]‘Ayatullah’ wartawan Indonesia, H. Rosihan Anwar, semasa hidupnya jika berkunjung ke Bukittinggi selalu menikmati kuliner ampiang badadiah, yang dalam bahasa Indonesia disebut ‘emping berdadih’.

Kuliner emping berdadih tersebut terbilang makanan khas. Terdiri dari campuran emping (beras pulut yang sudah dipicakkan) yang direndang. Selanjutnya ditumbuk dengan kayu bulat dalam lesung saat masih hangat keluar dari perendangan.

Sedangkan dadih adalah susu encer kerbau yang dibekukan dalam buluh bambu bersih.

Adukan dadih dengan emping yang sudah dilunakkan dengan air panas kemudian dicampur tangguli, semacam gula enau yang sudah dicairkan dan dibumbui dengan sedikit kelapa parut. Sehingga, jadilah dia kuliner 'ampiang dadiah'.

Satu porsi ampiang dadiah ini ukurannya semangkok ukuran menengah.

Rasanya? Luar biasa. Sangat enak, gurih bercampur manis, dan ada rasa sedikit keasaman.

Bagi pendatang yang sudah sering berkunjung ke Bukittinggi atau kota-kota lainnya di Sumatra Barat, khususnya Bukittinggi, Padangpanjang, dan Payakumbuh, tentu sudaha mahfum restoran-restoran ternama di kota tersebut yang menjual ampiang dadiah. Pasalnya, kuliner khas Sumatra Barat ini dipastikan terpampang pada daftar menu yang ada di restoran tersebut.

Khusus di Bukittinggi, ampiang dadiah bisa dinikmati di antaranya di Restoran Simpang Raya dan Restoran Sianok. Sedangkan di Payakumbuh, bisa didapatkan di Restoran Sianok dan Restoran Minang Asli. Di Padangpanjang, ampiang dadiah tersedia di Restoran Mak Syukur dan Restoran Gumarang.

Kalangan kaum dewasa, teristimewa bapak-bapak yang berasal dari Sumatra Barat dipastikan menyukai ampiang dadiah ini, seperti halnya H. Rosihan Anwar yang begitu merasakan nikmatnya makanan khas daerah ini. Namun, kalangan anak muda tampaknya tidak begitu besar minatnya untuk menikmati ampiang dadiah ini. Meski demikian, rasa khas kuliner ini diperkirakan tidak akan hilang ditelan zaman. Bahkan turis asing yang berkunjung ke Bukittinggi tampaknya sangat menyukai ampiang dadiah ini.

Berbicara tentang dadiah yang merupakan susu kerbau yang sudah dibekukan melalui pendinginan dengan menyimpannya dalam bambu bersih, banyak dihasilkan dari peternak yang memelihara kerbau di sekitar Gunung Marapi, Gunung Singgalang, dan Gunung Sago, serta perkampungan sekitarnya. Sementara pulut emping diolah sejak dulunya oleh perajin yang bermukim di kawasan Kayu Rantingan, Nagari Bukikbatabuah, Kabupaten Agam. Perempuan Bukik Batabuah ini mengolah beras ampiang sudah turun temurun sejak doeloe-nya. Ada lagi perempuan yang khusus mengolah beras pulut jadi ampiang ini di sebuah kampung bernama Koto Kociak Guguk, di Kabupaten Limapuluh Kota.

Sebenarnya kuliner ampiang dadiah ini merupakan makanan khas pemuka Minangkabau yang sampai sekarang tetap lestari. Peminatnya bukan saja warga Sumatra Barat, tapi sudah mendunia. Terbukti, setiap turis asing berkunjung ke Bukittinggi, tidak melupakan ampiang dadiah. Khusus bagi Anda yang berkunjung ke Bukittinggi, kalau belum menikmati ampiang dadiah, berarti Anda belum sempurna merasakan nikmatnya kuliner tradisi Ranah Minang. Sungguh luar biasa. Indak nampak mintuo lalu. *




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline