Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.
PLATO mendefinisikan bahasa dengan pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut
FERDINAND DE SAUSSURE menyatakan bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain.
Begitu juga dengan hal yang saya alami dan saya temui. Saya bertempat tinggal di desa Sambirejo, Ngawen, Gunungkidul, Yogyakarta. Bahasa Jawa menjadi bahasa penghubung masyarakat di sekitarku. Aku juga menggunakan bahasa tersebut. Dari sekian banyak bahasa daerah, bahasa Jawa menurut saya merupakan bahasa yang paling banyak digunakan di Indonesia.
Saya akan membahas mengenai keunikan bahasa daerah yang ada di desa saya. Menurut saya, bahasa yang ada di desa saya tampak berbeda dengan bahasa jawa di daerah-daerah lain. Atau bahkan bahasa yang ada di desa saya tidak akan bisa dipahami di tempat lain. Berikut ini akan saya berikan contoh "istilah-istilah" yang desa saya gunakan, yang keliatannya unik tapi ada :
- "Piye Jal?". Mungkin ada yang sudah memahami istilah tersebut. Tapi bagi orang yang baru mendengar akan terlihat begitu aneh. Istilah tersebut mempunyai arti "Bagaimana dong?".
- "Haluah". Kata ini berarti kagum/kaget/mengeluh
- "Dede". berarti Bejemur
- "Biyung" yang berarti simbah putri
- "Gendar" adalah nama makanan yang berasal dari nasi yang sudah basi kemudian dikasih obat utnuk dibuat menjadi kerupuk/karak. Biasanya masyarakat Gunungkidul mengenalnya dengan Puli.
- "Tempe bengok". salah satu jenis tempe yang bijinya besar-besar.
- "Horo'i". Merupakan istilah jika seseorang ingin melihat benda yang dipegang orang lain.
- "Yoben" berarti biarkan.
- "Tetenguk" berarti duduk.
- "Ngangsu" artinya mengambil air kesuatu tepat sumur/sendang.
- "Mokah" artinya seseorang yang menjalankan puasa dan putus di siang bolong.
- "Ngumbai" artinya mencuci
- "Negor" artinya menebang
- "Nggodok" artinya merebus
- "Petakilan" artinya banyak tingkah. Biasanya anak kecil yang melakukan
Demikian bahasa unik di desa saya semoga menambah wawasan kita semua. Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H