Lihat ke Halaman Asli

Adib Abadi

TERVERIFIKASI

Eklektik

Polemik HAM dan Rencana Universitas Natalius Pigai

Diperbarui: 31 Oktober 2024   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komisi XIII DPR menggelar raker dengan Menteri HAM Natalius Pigai membahas program kerja via sinpo.id

Apakah kita perlu universitas HAM atau sekadar pemimpin yang tahu cara mendengar?

Di tanah yang lelah, janji besar sering dianggap sebagai pelarian. Natalius Pigai, Menteri Hak Asasi Manusia yang baru saja dilantik, membawa janji itu: mimpi besar tentang universitas HAM bertaraf internasional.

Bagi sebagian orang, ini adalah harapan. Bagi yang lain, ini cuma janji kosong yang mengaburkan kenyataan.

Pigai bicara soal gedung dan pusat riset, laboratorium HAM, dan rumah sakit yang akan melayani korban pelanggaran HAM.

Ia membayangkan kampus yang akan menjadi ikon bagi Indonesia, tempat dunia berkumpul untuk belajar hak asasi.

Pigai ingin menunjukkan bahwa Indonesia bukan sekadar penonton dalam isu HAM global. Tapi, banyak yang tak percaya.

Di negara ini, gedung megah sering kali menjelma jadi simbol yang tak pernah menghapus luka.

Harapan dan Kekecewaan di Mata Rakyat

Pigai membayangkan kampus itu akan membangkitkan kesadaran HAM di seluruh desa di negeri ini. Di akun X miliknya, ia berkata bahwa universitas itu akan dipimpin oleh tokoh berkelas dunia.

"Universitas ini bukan untuk gaya-gayaan," katanya.

Tapi komentar skeptis cepat menyeruak. Dino Patti Djalal, mantan Wakil Menteri Luar Negeri, tak ragu menyebutnya "tidak masuk akal."

"Gagasan ini tidak akan dikabulkan," katanya dengan nada sinis. "Presiden tak akan setuju dengan ini."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline