Lihat ke Halaman Asli

Adib Abadi

Eklektik.

Antara Perpisahan dan Peralihan, Mengapa Momen Jokowi di Bandara Halim Lebih Bermakna dari Sekadar Kepergian?

Diperbarui: 20 Oktober 2024   14:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prabowo Subianto hormat kepada Presiden Jokowi usai dilantik menjadi Presiden ke-8 | sumber: sindonews.net

Minggu sore, 20 Oktober 2024, Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, menjadi saksi momen historis yang lebih dari sekadar seremoni perpisahan seorang presiden.

Joko Widodo, presiden ketujuh Indonesia, akan segera kembali ke Solo, menandai akhir dari dua periode kepemimpinannya.

Namun, kepergian ini tidak sekadar penutupan babak pemerintahan, melainkan juga simbol penting dari transisi kekuasaan yang berpotensi mengubah arah Indonesia di masa mendatang.

Simbolisme Perpisahan Jokowi

Dalam pandangan sosiologis, momen-momen seperti ini memiliki kekuatan simbolis yang mendalam. Bukan hanya tentang perpisahan seorang pemimpin dengan istana, tetapi juga tentang dinamika kekuasaan yang sedang bergeser.

Jokowi, dengan latar belakang sebagai "orang biasa" yang naik menjadi presiden, telah membangun citra kepemimpinan yang personal, dekat dengan rakyat, dan sederhana.

Momen perpisahannya di Bandara Halim bukanlah perpisahan biasa; ini adalah refleksi dari bagaimana struktur kekuasaan bisa mengubah individu, serta bagaimana individu tersebut memengaruhi struktur kekuasaan.

Dalam tradisi politik modern, cara seorang pemimpin meninggalkan kursi kekuasaan sering kali mencerminkan gaya kepemimpinan dan warisan yang ingin ditinggalkannya.

Sederhana, tanpa kemegahan yang berlebihan, Jokowi seolah ingin menegaskan bahwa ia tetap sama seperti saat memulai jabatannya, dekat dengan rakyat dan bersahaja.

Namun, lebih dari itu, kepergian Jokowi juga menjadi simbol dari "pergantian generasi" dalam politik Indonesia, di mana masa depan kepemimpinan akan diwarnai oleh tantangan baru dan tokoh-tokoh yang lebih muda.

Warisan Politik Jokowi: Antara Keberlanjutan dan Transformasi

Selama dua periode kepemimpinannya, Jokowi meninggalkan jejak yang signifikan. Pembangunan infrastruktur masif, program ekonomi, serta upaya reformasi birokrasi adalah beberapa pencapaiannya.

Namun, warisannya tidak hanya pada fisik proyek-proyek yang dibangunnya, tetapi juga pada bagaimana ia mengubah cara pandang masyarakat terhadap pemimpin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline