Lihat ke Halaman Asli

Adib Abadi

TERVERIFIKASI

Eklektik

Hari Batik Nasional: Merayakan Keindahan dan Kekayaan Budaya

Diperbarui: 2 Oktober 2024   08:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: bisniswisata.co.id

Setiap tahun, pada tanggal 2 Oktober, masyarakat Indonesia bersatu dalam kebanggaan terhadap salah satu warisan budaya paling berharga---batik.

Sejak 2009, setelah UNESCO secara resmi mengakui batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi, peringatan Hari Batik Nasional menjadi momen refleksi sekaligus perayaan yang kaya makna. Namun, perayaan ini bukan sekadar tentang mengenakan kain bermotif indah. Lebih dari itu, batik membawa pesan mendalam yang mencerminkan sejarah, filosofi, dan identitas bangsa.

Sejarah dan Filosofi di Balik Batik

Batik bukanlah sekadar selembar kain berwarna-warni yang menghiasi tubuh kita. Setiap motif yang digoreskan pada batik menyimpan filosofi yang berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat Indonesia.

Sebagai contoh, motif Parang Rusak, salah satu motif klasik dari Yogyakarta, melambangkan perjuangan tanpa henti, adaptasi, dan ketahanan hidup. Sementara itu, motif Sido Mukti dari Surakarta sering dikenakan dalam upacara pernikahan karena melambangkan harapan akan kebahagiaan dan kemakmuran.

Berbagai daerah di Indonesia memiliki gaya batik yang unik. Dari batik halus Yogyakarta dengan motif-motif sakral hingga batik pesisir seperti Pekalongan dan Cirebon yang penuh warna cerah dan menggambarkan keterbukaan budaya, setiap batik mengisahkan cerita yang berbeda.

Namun, terlepas dari perbedaan motif dan teknik, ada satu benang merah yang menyatukan semuanya---komitmen kuat untuk menjaga warisan leluhur tetap hidup. Di tengah modernisasi yang pesat, batik tetap mempertahankan teknik tradisional, mulai dari penggunaan canting hingga proses pencelupan dengan lilin, yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Pengakuan Dunia: Momentum Kebangkitan Batik

Pada tanggal 2 Oktober 2009, dalam sidang UNESCO di Abu Dhabi, batik Indonesia resmi diakui sebagai warisan budaya tak benda dunia.

Pengakuan ini menjadi tonggak sejarah yang tidak hanya membawa kebanggaan nasional, tetapi juga tanggung jawab besar untuk melestarikan tradisi ini.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang saat itu menjabat, merespons pengakuan tersebut dengan menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Melalui Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009, pemerintah mengimbau seluruh masyarakat untuk mengenakan batik setiap tanggal 2 Oktober, dengan harapan meningkatkan kesadaran dan cinta terhadap batik.

Sejak saat itu, Hari Batik Nasional dirayakan dengan berbagai kegiatan. Pegawai pemerintah hingga pelajar di seluruh penjuru Indonesia mengenakan batik, sementara berbagai daerah menyelenggarakan lomba desain batik dan pameran yang menampilkan keragaman motif dari Sabang sampai Merauke.

Batik dan Tantangan Zaman Modern

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline