"Korupsi tidak dimulai dari pencurian besar-besaran, tetapi dari kebiasaan kecil yang dianggap lumrah."
Pernah suatu ketika, saya menghadiri pernikahan anak laki-laki pertama seorang guru yang sangat saya hormati.
Beliau adalah tokoh yang terpandang di daerah kami, tempat orang-orang mengadu saat menghadapi masalah.
Dalam setiap ucapannya, ada hikmah yang ditunggu-tunggu banyak orang.
Pernikahan itu berlangsung seperti kebanyakan acara pernikahan di daerah kami---seremonial dengan sajian prasmanan, salam salaman, dan tentu saja... amplop.
Namun, ada sesuatu yang berbeda hari itu.
Saat saya hendak memberikan amplop, guru saya berbisik pelan,
"Ambil kembali amplopmu dan masukkan ke dalam kantongmu jika kamu masih ingin aku anggap sebagai keluarga."
Kalimat itu begitu mengejutkan, hingga dalam beberapa detik, saya tertegun.
Dalam perjalanan pulang, pikiran saya bergulat dengan makna di balik kata-kata beliau.