Pernahkan anda mendengar kata SAVI dalam pendidikan? Bisakah memfasilitasi peserta didik slow learner dalam pembelajaran? Kita simak penjelasnnya dalam uraian berikut ini.
Model pembelajaran SAVI merupakan model pembelajaran yang mengutamakan pada penggunaan panca indra dalam proses pembelajaran. Secara umum, SAVI merupakan kepandekan dari somatic (melakukan), auditory (mendengarkan), visual (mengamati), dan intelectual (berpikir).
Metode SAVI sebagai metode pembelajaran yang menggabungkan somatic, auditory, visual, dan intelectual dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik khususnya slow learner. Salah satu permasalahan yang dihadapi pendidik yaitu mereka yang cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Maka dari itu, dengan model SAVI ini diharapkan mereka bisa lebih aktif lagi dan merasa senang dalam mengikuti pembelajaran karena mereka tidak hanya mendengarkan materi yang dijelaskan oleh pendidik. Mereka akan berperan aktif dalam kegitan pembelajaran.
Teori otak yang dikemukakan oleh Triune menjelaskan bahwa jika peserta didik merasa senang dan gembira dalam pembelajaran, maka pikiran peserta didik akan "naik tingkat" dari otak tengah ke neokorteks (otak berpikir), sehingga belajar akan efektif. Terus, bagaimana cara menerapkan model pembelajarannya?
Dalam menerapkan model pembelajaran SAVI ini, terdapat tiga tahapan yang harus dilalui, yaitu persiapan, kegiatan inti, dan penampilan.
Pertama yaitu persiapan, pada tahap ini pendidik memberikan motivasi belajar kepada peserta didik terlebih dahulu (auditory). Motivasi belajar tersebut bisa berupa kata-kata penyemangat atau kata-kata motivasi. Pendidik bisa juga menjelaskan beberapa manfaat atau sugesti positif mengenai pengalaman belajar yang akan didapat.Pendidik juga dapat menggunakan beberapa cara lain agar peserta didik tertarik untuk belajar seperti menggunakan wordwall (visual), permainan (somatic), dan kuis sederhana (intelectual). Jika pendidik menghendaki pembelajaran secara berkelompok, pendidik dapat membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang diinginkan pada tahap ini (somatic).
Kedua yaitu kegiatan inti, pada tahap inti pendidik membantu peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan. Pada tahap ini, pendidik berperan bukan hanya sebatas vasilitator saja. Pendidik harus bisa merencanakan keadaan peserta didik aktif dalam menciptakan pengetahuannya. Pendidik bisa mulai dengan menyampaikan materi pembuka dengan cara memberi contoh yang nyata (somatic dan auditory). Dalam tahap ini, pendidik dapat menggunakan alat peraga maupun media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan (visual). Dengan adanya alat peraga dan media pembelajaran tersebut, peserta didik dapat praktik secara langsung (somatic dan intelectual). Setelah itu, peserta didik akan menuliskan hasil dari pekerjaannya baik secara individu maupun berkelompok.
Ketiga yaitu penampilan, pada tahap ini pendidik meminta salah satu peserta didik untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya (somatic, auditory, visual, dan intelectual). Setelah mempresentasikan hasilnya, pendidik meminta peserta didik lain untuk menanggapi dari hasil pekerjaan yang sudah dipresentasikan sehingga timbul diskusi kelas (somatic dan intelectual).Setelah kegiatan diskusi kelas selesai, baru di akhir pembelajaran pendidik memberikan feedback dan kesimpulan (auditory). Pendidik juga dapat memberikan evaluasi berupa lembar soal maupun pekerjaan rumah untuk mengatahui seberapa jauh mereka menangkap materi yang diberikan (somatic dan intelectual).
Itu lah ketiga langkah yang harus ditempuh jika menggunakan model SAVI dalam pembelajaran. Penggunaan model SAVI dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan seperti terciptanya suasana yang tidak membosankan, meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok, dan proses transfer materi menjadi lebih terpadu karena menggabungkan aktivitas fisik dan intektual.
Dikutip dari Shoimin (2014), sisi negatif dari model pembelajaran ini adalah perlunya alat peraga atau media pembelajaran yang mendukung dan menyeluruh, sehingga membutuhkan biaya yang lebih untuk bisa menerapkannya. Selain itu, model pembelajaran SAVI ini juga membuthkan waktu yang cukup lama. Oleh kerena itu, pendidik harus bisa mengatur waktu sebaik mungkin ketika menerapkan model ini dalam pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H