Lihat ke Halaman Asli

Seksinya Industri Pariwisata Tanah Air

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Industri pariwisata tanah air terus menggeliat. Banyak indikator bisa kita lihat. Sebagian merupakan fakta yang mengkonfirmasi menanjaknya sektor pariwisata tanah air, sementara sebagian lagi menggambarkan keyakinan investor dan pelaku usaha mengenai trend tersebut. Mengesampingkan hiruk-pikuk pendapat yang tidak puas dengan kinerja pemerintah, kenyataanya daya beli masyarakat meningkat. Golongan menengah atas yang mampu berlibur bahkan ke luar negeri semakin membengkak. Sementara itu perjalanan wisata juga cenderung semakin terjangkau. Menjamurnya penerbangan berbiaya murah membuat semakin banyak orang sanggup membeli tiket pesawat, seperti slogan AirAsia "now everyone can fly".

Meneg BUMN Dahlan Iskan sama sibuknya dengan MenKumHAM. Jika Amir Syamsudin sibuk dengan memperbesar lapas yang rata-rata sudah over-capacity, Dahlan Iskan sibuk mendorong BUMN-BUMN pengelola bandara untuk memperbesar kapasitas terminal penumpang sekaligus kapasitas lalu lintas bandara. Artinya memang arus perjalanan yang sebagian diantaranya adalah perjalanan wisata terus meningkat.

Tidak berhenti sampai disitu. Lihat catatan pemesanan pesawat yang fenomenal yang dibukukan LionAir, maskapai penerbangan nasional yang selain fokus dengan pasar murah juga mulai menyasar pasar premium bahkan pasar yang lebih tinggi lagi. Mengimbangi laju LionAir, perusahaan plat merah yang bermain di segmen low-cost, Citilink, juga tidak kalah sibuk berbelanja dengan mencanangkan satu pesawat baru setiap bulan. Mandala yang bangun dari mati suri juga mulai menggeliat. Sementara itu bos raksasa penerbangan low cost regional tidak tinggal diam melihat gerakan LionAir dkk. "AirAsia sudah lama berjalan dan akan menjadi nomor satu di Indonesia", tantang Tony Fernandez.

Perlu dicatat bahwa mayoritas pesawat yang mereka pesan adalah pesawat-pesawat berdaya jelajah pendek sehingga bisa dipastikan pesawat-pesawat itu akan dioperasikan untuk rute-rute domestik dan regional. Artinya sejumlah jalur sibuk seperti Jakarta - Denpasar yang harga tiket pesawatnya sudah relatif terjangkau mungkin akan lebih murah lagi, sementara rute-rute yang untuk saat ini masih cukup mahal, seperti rute-rute menuju kawasan Indonesia Timur misalnya, juga akan terus turun. Maskapai penerbangan akan terus berinovasi supaya bisa bersaing, salah satunya dengan memainkan faktor harga.

Di daratan, hotel-hotel baru terus bermunculan, tidak hanya di Bali sebagai surga wisata utama tanah air, tapi juga di tempat-tempat yang selama ini nampak sepi wisatawan. Artinya pelaku usaha perhotelan, investor, dan perbankan secara tidak langsung menunjukkan keyakinan mereka bahwa industri ini akan terus melesat.

Bergerak dalam industri pariwisata, saya sangat yakin bahwa dalam beberapa tahun ke depan, naiknya frekuensi penerbangan dan turunnya harga tiket akan membuat peta pariwisata tanah air semakin terdistribusi. Jika selama ini Bali menjadi titik dimana hampir seluruh industri pariwisata tanah air terkonsentrasi, kelak berbagai wilayah di tanah air akan mulai bangkit dan mengimbangi Bali.

Kalau soal potensi, setiap jengkal tanah dan air di Indonesia ini memiliki daya tarik pariwisata yang luar biasa. Pertanyaannya adalah bagaimana kesiapan daerah-daerah tersebut untuk menyambut booming pariwisata yang akan segera menyebar ini. Puluhan tahun menjadi kawasan wisata favorit dunia, Bali sudah tumbuh menjadi paket lengkap. Bukan hanya infrastruktur tetapi juga kesiapan tenaga kerja dan masyarakatnya. Perlu diingat, keterbukaan lalu-lintas penerbangan membuat arus wisatawan tidak hanya meningkat di tanah air tetapi juga dalam skala regional. Sehingga selain tuntutan wisatawan domestik akan kualitas layanan yang semakin tinggi, peningkatan kunjungan wisatawan asing juga sudah pasti akan terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline