Ada orang yang maju menjadi calon anggota legislatif (caleg) dengan modal uang yang besar. Meski tak punya modal sosial alias bergaul baik di lingkungan, ia bisa terpilih.
Cara satu-satunya ya dengan uang. Memang politik uang di mana-mana sulit dibuktikan. Yang sudah jelas saja ada pembagian duit di masjid dengan amplop lambang partai saja bisa tak masuk dalam delik, apalagi yang sembunyi-sembunyi.
Membuktikan adanya praktik politik uang sejak lama memang sudah susah dilakukan. Semangatnya sih besar untuk bersih dari politik uang.
Namun pada kenyataannya, tidaklah demikian. Uang di sini bisa dikonversi ke dalam barang.
Misalnya bahan pokok serupa beras, minyak makan, mi instan, makanan olahan dalam kaleng, dan sebagainya. Nominalnya jika dirupiahkan besar juga.
Ada juga caleg yang maju dengan modal sosial yang tinggi. Ia memang orang yang tinggal di lingkungan tempatnya maju sebagai daerah pemilihan atau dapil.
Ia juga punya jiwa sosial yang tinggi. Ia baik memang sedari dulu. Soal saat ini dicalegkan itu persoalan waktu saja.
Lazimnya orang semacam ini memang masih butuh duit untuk operasional. Tapi, ia sudah unggul satu langkah karena sudah dikenal orang, dikenal karena kebaikan, dan aktif sebagai warga sekitar.
Saran saya, jika ada caleg yang demikian, andaipun ia tak kasih uang saat jelang pemilihan, warga sekitar bersepakat saja untuk mencoblosnya beramai-ramai.
Kapan lagi kita punya anggota dewan yang memang dekat dengan kita. Dekat secara fisik, dekat pula secara hati.