Lebaran yang baru saja berlalu meninggalkan kesan yang kuat untuk kita. Usai sebulan lamanya berpuasa, menikmati beragam makanan saat 1 Syawal dan hari-hari berikutnya terasa nikmat.
Di antara semua jenis makanan itu, tersebutlah rendang sebagai menu utama. Apalagi sebagian besar keluarga muslim juga memesan ketupat.
Ketupat sangat pas menjadi teman rendang. Ada juga yang lebih memfavoritkan opor ayam untuk diguyur ke tubuh ketupat yang padat dan mengenyangkan.
Meskipun bukan di tanah aslinya di Minangkabau sana, rendang akrab di lidah kita. Mungkin hampir semua ibu di tanah air ini bisa bikin rendang. Tentu tidak sepersis citarasa asli di tanah kelahirannya. Akan tetapi, sudah banyak yang mendekati.
Lebaran yang lalu, ibu saya juga membuat rendang. Istri juga buat. Sama-sama enak. Bikinan ibu bumbunya lebih kental dan menghitam. Rasanya mendekati rendang yang ada di restoran padang.
Kami punya saudara dekat asal Minangkabau. Bukan saudara sekandung. Tapi dekat dengan keluarga kami. Kami biasa menyapanya Maktuo.
Maktuo ini setiap kali lebaran selalu bikin rendang. Sudah tentu karena dibikin oleh tangan orang asli Minangkabau, rasanya, mengutip almarhum Bondan Winarno, mak nyus. Enak sekali.
Bumbunya itu pekat menghitam dan enak sekali. Saya paling suka makan ketupat dengan rendang bikinnan Maktuo ini. Tidak perlu menu lain.
Justru kalau ikut disiramkan kuah opor, agak beda rasanya. Saya ingin yang orisinal. Ketupat dengan rendang padang.
Dalam setiap hajatan juga, cobalah perhatikan. Rendang pasti bersaing dengan lauk pauk utama hajatan semisal ayam suwir, kentang, ikan, dan sebagainya. Jika saat hajatan ada rendang, saya lebih pilih itu.
Saya banyakkan ambil potongan daging dan bumbunya. Menu lain tidak saya ambil.