Kapan teman-teman Kompasianer membeli buku tentang puasa dan Ramadan? Kalau ditanyakan kepada saya, tentu jawabannya sudah lama sekali.
Mungkin di atas sepuluh tahun. Bahkan, berkunjung ke toko buku pun sudah jarang.
Kalau beli bukunya sering. Akan tetapi, kini melalui lokapasar alias market place yang ada.
Di situ kita bisa mencari buku apa saja yang kita sukai. Kemudian memilih membayar dan menunggu buku sampai.
Waktu saya SMA sampai dengan kuliah, atau sampai awal bekerja di tahun 2004-an, ke toko buku masih sering. Apalagi kala Ramadan. Banyak buku yang saya beli.
Seingat saya ada tanya jawab soal zakat dengan penulis ulama Indonesia asal Bogor KH Prof Didin Hafidhuddin. Alhamdulillah akhir tahun 2021 saya bersua dengannya langsung di rumahnya di kompleks Pondok Pesantren Ulul Albab Universitas Islam Ibnu Khaldun, Bogor.
Dahulu toko buku luar biasa ramai kala Ramadan. Banyak buku baru yang dicetak.
Meski informasi waktu itu soal buku baru minim, kalau ke toko buku pasti ada yang baru. Saya acap menghabiskan banyak uang untuk membeli beragam buku saat Ramadan. Biasanya juga ada diskon sampai dengan 10 persen.
Buku-buku agama, cerita islami, novel islami, dan buku-buku Islam lainnya punya daya pikat luar biasa kala Ramadan. Ini juga berbanding lurus dengan penjualan Alquran.
Saya ada teman kepala toko buku dan pusat penjualan alat kantor. Ia mengakui, sekarang dan dahulu luar biasa berbeda.
Kisaran sepuluh tahun lalu, saat Ramadan, keuntungan masih lumayan. Kini, sepi.