Opini pertama saya yang dimuat media massa itu akhir 1999. Saya masih aktif kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung kala itu.
Opini pertama berasal dari mata kuliah manajemen usaha kecil. Karena tidak punya komputer dan belum mahir mengetik, saya menyerahkan pengetikan kepada seorang teman.
Gagasan utama tentu saja dari mata kuliah manajemen usaha kecil. Kemudian saya kaitkan dengan keberadaan usaha kecil di Lampung. Datanya tentu saya cari setengah mati di koran-koran.
Internet dahulu tidak seperti sekarang. Bahan atau data yang mau kita cari masih konvensional. Koran dan majalah cetak masih menjadi sumber utama.
Usai dimuat surat kabar, saya makin keranjingan menulis. Jika dihitung dari awal menulis opini di koran yang dibayar itu kira-kira enam tahun.
Waktu yang lumayan lama. Makin ke sini, opini yang dikirim lebih untuk mengisi web yang saya kelola dan blog Kompasiana.
Beberapa sempat saya taruh di blog pribadi yang sampai sekarang belum saya aktifkan lagi. Saya tak sanggup mengurus banyak kerjaan.
Dari pengalaman menulis opini selama ini, saya ingin menyarikan untuk pembaca. Tentu bukan bermaksud menggurui. Ini lebih pada keinginan berbagi cerita saja.
Yang jelas, menulis opini sekarang tidak sama lagi seperti dahulu. Menulis opini dahulu di koran mesti menunggu beberapa waktu. Kadang sampai seminggu tulisan belum dimuat.'
Kalau sekarang, karena banyak tempat untuk mengunggah tulisan, lebih mudah sekarang. Tapi, bedanya, dahulu koran masih menyediakan honor lumayan.
Sekarang? Tidak ada lagi. Koran juga sudah megap-megap.