Lihat ke Halaman Asli

Adian Saputra

TERVERIFIKASI

Jurnalis

Natal dan Narasi Perdamaian

Diperbarui: 24 Desember 2022   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Natal bukan sekadar kelahiran seorang utusan. Ia mestinya mengejawantah dalam relung ide dan gagasan. Bahwa semua umat manusia berada pada level tingkatan yang tiada pembedaan. Bahwa ini menjadi satu noktah indah sebagai palagan.

Kami mengenalnya sebagai Isa alaihissaalam. Ia nabi dan rasul "ke-24" sebelum datangnya Muhammad yang juga rasul serta nabi utusan Tuhan. Publik Kristiani acap menyapanya sebagai pembawa kedamaian. Satu babakan yang semua orang inginkan.

Dua puluh lima Desember kali ini entah yang keberapa kali Tuhan perjumpakan. Ia memang hadir kala almanak mendekati perakhiran. Waktu terasa cepat berputar dan berganti haluan. Masa bergulir hingga peraduan.

Dua tahun sudah ada pandemi yang bisa kita bertahan. Kali ini Natal datang kala pandemi sudah orang lupakan. Umat Kristiani bersiap untuk menjura pada kehormatan. Pun siap menerima silaturahmi sanak kerabat dan handai tolan.

Memang rasanya sulit untuk kita masukkan ke akal pikiran. Di tempat terdamai kelahiran Isa masih saja terjadi pertengkaran. Tidak dalam konteks adu gagasan, tapi ada kezaliman yang dirasakan umat yang juga beriman. Palestina mestinya menjadi sebuah palagan perdamaian.

Kami tak hendak eksplisit ucapkan selamat hari kelahiran bagi Sang Junjungan. Tapi kami menghormati sebagai sebuah bentuk narasi keagamaan. Kita semua sama-sama makhluk Tuhan. Yang berharap bisa bekerja sama dalam banyak pekerjaan.

Tak juga rasanya keliru juga mengharap di Natal ini ada sebuah perubahan. Kita ingin semua mengejawantah dalam kesejahteraan. Sebuah titik yang bisa dinikmati semua insan. Baik yang papa maupun yang bergelimang kekayaan.

Duhai para pemimpin bangsa dan perserikatan. Mari sama jadikan momentum Natal ini untuk sebuah catatan ringan. Bahwa kiat sama menuju satu titik perjumpaan. Yang bisa kita kerjakan bersama lagi dikolaborasikan.

Berjalan pagi ke Pulau Pasaran/Kaki melangkah tangan menjinjing bawaan. Natal sudah persis di hadapan/Selamat untuk umat menikmati kebahagiaan//. [Adian Saputra]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline