"NDRI, pukul bolanya yang kuat." Suara Nurhadi terdengar keras.
Andri mengangguk. Tangan kanannya memegang pemukul kasti dari kayu yang kokoh. Tangan kirinya diangkat ke depan sejajar dengan bahu. Pelempar bola dari pihak lawan, kelas 6 A, sudah siap dengan bola kasti berwarna kuning di tangan.
Hup, bola dilempar. Kencang seperti angin. Mata Andri bersiap. Saat bola dalam perkiraan tepat untuk dipukul, Andri mengayunkan pemukul. Kena! Bola hasil pukulan Andri melenting ke udara, cukup jauh. Tim musuh segera berlari. Sementara tim lawan mencoba mengejar bola, Andri berlari ke arah base. Seperti anak kijang, Andri berlari ke base I, II, ...dan III. Beberapa temannya yang sedari tadi berada di base III sebagai base terakhir, berlari berhamburan ke kubunya demi mendapatkan nilai. Dan mereka berhasil.
Bola pukulan Andri sudah ada di pihak lawan. Andri kini terjepit oleh belasan lawan. Mau kembali ke base III jelas tidak mungkin. Satu-satunya pilihan adalah masuk ke kubu demi mendapat nilai. Kini dialah satu-satunya harapan dari tim karena nilai dua kubu sama. Jika Andri bisa masuk, nilai didapat. Jika Andri gagal, kelas 6 C mengulang kegagalan bulan lalu yang juga takluk dari VI A yang memang dikenal jago main kasti.
Bola dilempar ke sana ke mari dari pihak lawan. Sementara Andri terkurung. Target mereka cuma satu, melempar bola kasti itu ke badan Andri, supaya satu-satunya harapan anak kelas 6 C musnah.
"Lari Ndriiiii." Itu suara Nurian, siswa paling cerewet di kelas. Padahal tuh anak kalau main kasti pasti jadi korban dicap pakai bola.
Andri masih saja dikepung. Setiap ada lawan yang mulai membidik bola, ia berlari ke arah lain.
"Dekati Richard! Kali ini teriakan datang dari Faiz. Faiz ini kalau main memang gesit. Dengan ukuran badan yang kurus dia dengan mudah berlari sambil berbelok-belok supaya tidak kena bola yang dilempar lawan.
Dapat. Bola kini dipegang Richard. Andri rupanya mencoba melakukan tipuan. Melihat Andri agak menjauh tetapi masih cukup dekat untuk dilempar dengan bola, Richard kemudian mengarahkan lemparan bola kepada Andri. Andri sekali berlari mengelilingi punggung Richard.
Richard seperti tidak senang dengan kelakuan Andri. Setelah dirasa tepat untuk melempar, bola kasti berwarna kuning itu ditembakkan ke arah Andri. Bola kasti meluncur dengan deras. Posisi Andri persis di muka bola. Bola semakin dekat. Jika kena, pasti bola bundar itu akan menghajar badan Andri. Namun, Andri cekatan. Setelah yakin bola sebentar lagi mengenai tubuhnya, Andri segera menjatuhkan diri.
Pas sekali. Bola yang dilempar Richard kemudian melesat jauh sehingga tidak bisa ditangkap pemain lain. Andri kemudian lari ke home base dan kelas 6 C memastikan kemenangan mereka atas 6 A. Semua murid 6 C bersorak kegirangan.
*
"TEMAN-TEMAN, ada yang lihat pemukul kasti tidak?" tanya Nurhadi, sang ketua kelas.