Lihat ke Halaman Asli

Adian Saputra

TERVERIFIKASI

Jurnalis

Canon Printer Pixma E400: Naskah Bisa, Foto pun Prima

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1400752223903267239

[caption id="attachment_325076" align="aligncenter" width="576" caption="(foto: dokumentasi pribadi)"][/caption]

Perihal mesin pencetak alias printer acap diperlukan dalam kondisi genting. Alat urgen yang ekonomis tapi sering diabaikan dalam rumah tangga ini, dalam kondisi tertentu amat dibutuhkan. Semisal ibu kandung saya mengurus skripsi untuk gelar sarjana pendidikannya, kebutuhan printer ini nomor satu. Namun, lantaran berpikir sekadar digunakan untuk skripsi, niat membelinya pun urung dilakukan. Harga yang relatif mahal, di kisaran satu juta rupiah, kadang jadi alasan untuk menunda membelinya.

Untunglah korporasi seperti Canon tahu benar kebutuhan konsumen kelas ekonominya, hehehe. Maka itu, beberapa bulan lalu, korporasi ini merilis mesin pencetak yang harganya cukup terjangkau kocek masyarakat umum. Dengan duit kurang dari sembilan ratus ribu perak, kini kita sudah bisa memiliki mesin pencetak Canon. Serinya apalagi kalau bukan Pixma E400. Penamaan E400 barangkali dari printer ini mengklaim mampu mencetak 400 naskah dan foto berwarna sebanyak 300 lembar. Buat printer dengan harga ekonomis, tawaran untuk memiliki printer semacam ini memang menggiurkan.

Bayangkan saja, kalau kita mencetak sebanyak itu di rental, pasti duit yang keluar sudah lumayan. Akan tetapi, jika kita membeli dan menggunakannya sendiri, keekonomisannya pasti terasa. Apalagi kalau mau dibikin bisnis, dengan modal relatif kecil, kita bisa mendapat margin yang lumayan. Sejujurnya, saya agak gagap teknologi, apalagi jika disuruh men-setting sebuah perkakas elektronik yang baru. Maka itu, saat memperoleh printer Canon Pixma E400 ini, saya membawanya ke kantor. Kebetulan malam hari. Dan orang yang saya percayakan untuk men-setting dan mengoperasikan printer anyar ini adalah Rivai Sanjaya.

[caption id="attachment_325078" align="aligncenter" width="576" caption="foto: dokumentasi pribadi"]

14007522981903786090

[/caption]

Di kantor kami, Harian Umum Lampung Post, Rivai adalah tenaga teknologi informasi yang diandalkan. Maka, saat saya meminta tolong kepadanya untuk mencoba mesin pencetak ini, ia antusias. Begitu kotak besar saya taruh di ruangan, kami membukanya dengan hati-hati. Namanya juga barang baru, hehehe. Printer kami keluarkan. Cakram padat berisi perangkat lunak, kemudian kami masukkan ke komputer. Acara mengunduh software berjalan mulus. "Sekarang kita coba, Bang," ujar dia. Siap, kata saya. Untungnya, Rivai sudah menyiapkan naskah yang akan dicetak. Isinya ternyata informasi dari beragam sumber tentang printer jenis ini.

Kami ingin membandingkan, apakah benar testimoni banyak pengguna dengan pengalaman kami sendiri. Kebanyakan naskah tulisan saya kebetulan ada di noteboke yang tak sempat saya bawa. Sejak enam bulan terakhir, perkakas sabak elektronik yang acap saya gunakan untuk menulis, memposting, dan memotret.

Sayangnya, kalau malam hari, sabak elektronik ini kurang tajam warnanya. Ya maklum saja, tugas utamanya memang untuk menulis dan meramban internet, bukan memotret. Tapi tak apa. Kami jalan terus. Kami memudian memasukkan dua buah cartridge ke bagian bawah. Satu berisi tinta hitam, satu lagi berisi tinta berwarna. Urusan memasukkan ini tergolong mudah banget. Begitu bunyi "klik", kami yakin kedua benda urgen itu sudah berada di jalan yang benar.

[caption id="attachment_325080" align="aligncenter" width="576" caption="hasil cetak foto: dokumentasi pribadi"]

14007524471473541126

[/caption]

Klaim bahwa printer ini bisa mencetak 400 lembar begitu memengaruhi saya. Tapi, memasukkan langsung 400 lembar kertas di penyangga kertas untuk masuk ke mesin pencetak, tentu tak masuk akal. Pikir saya, sedikit-sedikit saja asal hasilnya paripurna. Kertas saya masukkan. Dua puluh lembar kertas HVS kami masukkan. Naskah pun kami susun sedemikian rupa. Seraya mengucap bismillah, kotak bertuliskan "print" pada layar monitor komputer, kami klik.

Satu per satu kertas masuk. Mulus sekali. Bunyi "klik" di malam hari yang sunyi semakin menegaskan bahwa printer ini memang layak diandalkan. Kami menunggu sampai kertas kedua puluh keluar sempurna dari peraduannya. Nyaris tanpa cacat. Sempat ada dua kertas yang masuk sekali cetak. Rupanya kelekatan kedua kertas yang menyebabkan itu. Namun, proses mencetak dari Pixma E400 ini tak terkendala. Ia tetap melaju dengan suara setengah menderu. Kami puas. Apalagi dalam naskah, tertera pula beberapa foto dan gambar berwarna. Dan itu tercetak juga dengan sempurna.Tak puas, saya menambah kertas lagi sampai tiga puluh lembar. Senarai isinya masih sama. Semua informasi soal printer ini yang terserak di internet. Selain naskah, ada beberapa yang terkonten gambar dan foto. Kami mencoba lagi. Tiga puluh lembar kertas saya taruh vertikal di dudukan kertas. Acara mem-print kami lanjutkan. Hari makin malam. Hanya ada saya, Rivai, dan seorang kawan asisten redaktur di ruangan IT kantor kami malam itu. Abdul Gofur namanya. Rambutnya panjang dan bulai (bule). Ia sejawat saya di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline