Lihat ke Halaman Asli

Adian Saputra

TERVERIFIKASI

Jurnalis

Komunitas CangKir, Bergerak Cepat Edukasi Warga Metro

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14177036991090028023

[caption id="attachment_357852" align="aligncenter" width="553" caption="Aktivitas Komunitas CangKir dok. CangKir"][/caption]

Banyak komunitas yang berdiri saban minggu. Dari yang kegiatannya bersukaria sampai yang serius sekali. Dari yang berkegiatan setiap minggu, sampai yang sekali kemudian mati. Kominitas di Lampung bertumbuhan bak jamur di musim hujan. Namun, sebagian kemudian gulung tikar lantaran tidak berinovasi dalam gerak dan langkahnya.

Tiga pemuda yang bermukim di Kota Metro, Lampung, Rahmatul Ummah, Oki Hajiansyah Wahab, dan Dharma Setyawan sesekali bertemu. Mereka membincangkan banyak hal. Kebetulan, ketiganya suka menulis dan termasuk orang pergerakan. Umur mereka berbeda tipis. Tapi semangat mereka untuk serius di ranah pengabdian kepada masyarakat, memang dikenal banyak orang.

Oki adalah sejawat kami di organisasi profesi pers Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung. Ia didapuk menjadi pengurus divisi Serikat Pekerja. Oki punya jiwa kesukarelawanan yang tinggi. Ia kandidat doktor di Universitas Diponegoro, Semarang. Tahun depan studi doktoralnya diperkirakan rampung.

[caption id="attachment_357854" align="aligncenter" width="553" caption="Aktivitas Komunitas CangKir dok. CangKir"]

14177039111270433384

[/caption]

Rahmatul Ummah, Oki, dan Dharma punya keperihatinan yang sama. Kota Metro, meski ditahbiskan sebagai Kota Pendidikan, tak ada kultur diskusi  dan menulis yang kontinu. Padahal, potensi kota ini menjadi kota dengan penulis dan pemikir yang cemerlang, cukup terbuka. Saban bulan, beberapa nama penulis asal Kota Metro mejeng di halaman Opini Lampung Post. Surat kabar tempat saya bekerja yang saban hari ada halaman Opini dengan honor yang lumayan.

Namun, ketiga aktivis ini belum puas. Mereka ingin, anak-anak muda di Metro punya budaya berpikir, berbincang, berdiskusi, dan menulis yang intensif. Ketiganya mau ilmu yang mereka punya bisa ditransfer kepada anak muda lainnya. Jangan sampai kultur intelektual ini hilang dari kota ini.

[caption id="attachment_357856" align="aligncenter" width="512" caption="Aktivitas Komunitas CangKir dok. CangKir"]

14177039961613247936

[/caption]

Metro adalah kota yang relatif kecil. Penduduknya rerata bersuku Jawa. Pemerintah kolonial Belanda sepertinya memang sudah membentuk Metro sebagai kota administratif yang rapi dan ramah. Kontur kota yang datar memudahkan orang lalu lalang. Penataan kota yang sarat dengan kampus terlihat sekali dalam beberapa tahun terakhir. Mungkin lantaran itu pulalah kota ini diniatkan sebagai kota pendidikan. Barangkali mau menyerupai Yogyakarta yang ditahbiskan sebagai Kota Pelajar.

Hasil perbincangan Rahmatul Ummah, Oki, dan Dharma kemudian mengejawantah dalam bentuk yang konkret. Ketiganya bersepakat ingin membuat sebuah komunitas yang programnya sarat dengan intelektualitas namun cair dalam gerak dan langkah. Soal dana, sama sekali tidak mereka perhitungkan. Yang penting, gerak cepat demi perubahan yang lebih baik di Kota Metro.

Mereka pun menaja sebuah diskusi setiap Kamis yang mereka sebut Kamisan. Nama komunitas sudah mereka sepakati. Ketiganya sama dan sebangun soal nama: CangKir. Nama ini merupakan akronim dari bincang dan pikir. Mereka ingin, komunitas ini nantinya menghasilkan resolusi yang mantap berkenaan dengan Kota Metro. Apa pun yang menjadi kegelisahan warga, akan mereka diskusikan saban Kamis. CangKir juga dimaknai sebagai tempat atau wadah yang bisa bermanfaat untuk seluruh warga Metro.

Karena tak ada funding, ketiganya sokongan. Diskusi perdana yang dihadiri belasan orang ditaja dengan duit sokongan. Ada yang menyumbang kopi, gula, tikar, lampu, mikrofon, dan sebagainya. Semua ikut menyumbang. Rahmatul Ummah, yang sempat didapuk menjadi anggota KPU Kota Metro, memobilisasi sumbangan. Dharma, dosen di STAIN Metro pun turut menggerakkan. Oki, tak usah ditanya. Diskusi perdana pun sukses. Niat mereka untuk bersicepat dengan waktu untuk menumbuhkan kultur diskusi dan membaca di Kota Metro sudah dimulai. Mereka memantik semangat berjurnalistik.

Kultur gotong royong pun disorongkan sebagai model kerja yang strategis. Mereka ingin menjadi yang pertama, setidaknya di Kota Metro, sebagai komunitas yang mengedepankan gotong royong sebagai pangkal pijak perjuangan. Mereka buang jauh-jauh skeptisisme orang bahwa organisasi cair ini tidak bakalan bertahan lama tanpa kucuran dana pemerintah atau donor. "Kami yakin, kebaikan yang kami segerakan ini akan menginspirasi yang lain untuk ikut membantu," ujar Oki.

Rahmatul Ummah, Oki, dan Dharma belum puas dengan Kamisan yang selama ini berjalan. Mereka ingin lebih lagi. Mereka ingin menjadi yang pertama menyambut tantangan zaman era laman daring dan menggelorakan tradisi menulis. Mereka butuh momentum yang lebih besar. Akhirnya, diputuskan, tanggal 28 Oktober 2014 yang juga Hari Sumpah Pemuda, sebagai peluncuran utama komunitas ini. Namun, ketiganya berpikir, selain diskusi, mereka mesti membuat suatu wadah yang bisa menampung tulisan teman-teman yang sudah tak tahan untuk berkarya. Mengandalkan surat kabar sebagai medium tulisan, tentu tidak begitu baik. Mereka mesti punya laman tersendiri. Akhirnya, diputuskan membuat laman jurnalisme warga pertama di Kota Metro. Mereka meniatkan portal berita warga biasa ini sebagai medium melatih dan menyuarakan unek-unek warga Metro. Persoalannya, apa nama laman ini. Mereka bersepakat, nama ini mestilah khas Metro. Di Metro Da sebuah lapangan yang terkenal: Samber. Semua penduduk Metro kenal benar dengan alun-alun ini. Bahkan, warga kota dan kabupaten lain di Lampung pun begitu akrab dengan nama ini. Akhirnya nama ini yang dipilih sebagai nama laman daring jurnalisme warga pertama di Kota Metro  ini. Bahkan, bisa dibilang, yang pertama juga di Lampung. Supaya lebih mengena sebagai sebuah nama, dipadankankanlah dengan diksi "Pojok". Lengkaplah nama laman daring jurnalisme warga ini dengan Pojoksamber.Com.

Duit untuk membuat portal ini lagi-lagi urunan. Ini menegaskan bahwa niat baik pasti memunculkan kebaikan yang lain. Ketiga pendiri ini kemudian menatahkan tulisan perdana di laman daring ini. Mereka pun merangkap sebagai admin portal. Usai urusan portal selesai, mereka berpikir untuk mendatangkan sebanyak mungkin orang dalam perhelatan maha-akbar ini. Wali Kota Metro Lukman Hakim mereka undang. Respons Pak Wali Kota cukup bagus. Ia pun urunan. Banyak dosen dan aktivis yang juga ikut urunan. Dana pun terkumpul banyak. Oki menggunakan akses ke luar negerinya untuk "memantaskan" acara launching ini. Profesor Bart Dewancker dari Universitas Kitakyushu diundang sebagai pembicara saat launching. Program Metro Menulis pun dibentangkan.

[caption id="attachment_357857" align="aligncenter" width="483" caption="Pembangunan Tempat Diskusi dok. CangKir"]

1417704067272313778

[/caption]

Persiapan makin matang. Yang mau menyumbang semakin banyak. Anggota DPR Chusnunia Halim juga ikutan. Estimasi ratusan orang yang bakal menghadiri perhelatan perdana ini diyakini tercapai. Dan tatkala 28 Oktober 2014 acara dilangsungkan, benar ternyata. Ratusan orang hadir. Penggiat CangKir menghadirkan Profesor Bart Dewancker. Ia berbicara pentingnya warga menyuarakan unek-uneknya sebagi fungsi kontrol terhadap pemerintahan. Wali Kota Lukman Hakim pun tak mempermasalahkan Kamisan CangKir mengkritiknya asal konstruktif dan berdasar. Singkat cerita, perhelatan launching ini sukses besar. Gerakan Metro Menulis kemudian menjadi catatan emas CangKir, betapa dengan semangat gotong royong, segala sesuatu bisa dilakoni dengan baik.

Diskusi Kamisan pun sekarang semakin ramai. Tak hanya memperbincangkan masa depan Kota Metro, tapi persoalan lain pun dihelat di sini. Dari bakda isya hingga dini hari. Diskusi hangat ditemani kudapan khas kampung dengan kopi panas yang nikmat. Kuantitas dan kualitas tulisan yang ditatahkan di laman daring ini pun makin meningkat. Gerakan Metro Menulis, sedikit demi sedikit mulai menuai hasil. Beberapa acara di kampus pun kini acap mengundang aktivis CangKir sebagai pembicara. Rahmat, Oki, dan Dharma bergiliran mengisi. Jika ada honor, mereka sumbangkan semua untuk CangKir. Bahkan, honor tulisan mereka di koran arus utama dan portal lain yang berbayar, disumbangkan seluruhnya untuk kemajuan komunitas ini. Subhanallah.

Namun, masa depan CangKir dengan laman Pojoksamber.Com mesti dipikirkan. Selain mengandalkan sumbangan aktivisnya, CangKir mulai menaj usaha. Warung CangKir pun didirikan. Saban diskusi, kudapan dipasok dari warung ini. Tentu mesti membeli. Sebagian keuntungan disisihkan untuk operasional komunitas.

Dharma kemudian mengusulkan agar CangKir mulai maju selangkah dengan langkah konkret lainnya. Pilihannya pada Bank Sampah. Dengan Bank Sampah, persoalan klasik sebuah kota soal limbah rumah tangga bisa dipecahkan. Selain itu, ada sisi ekonomis yang disasar Rahmat dkk. Semu setuju, Bank Sampah menjadi sasaran berikutnya.

Namun, keberadaan CangKir akan lebih mantap jika ada sekretariat bersama yang bisa diberdayakan. Soal tanah, tak masalah. Ada sebidang tanah yang bisa digunakan. Kini tinggal mencari material untuk pembangunan sekretariat itu. Basecamp ini akan digunakan sebagai pusat kegiatan. Lagi-lagi, gotong royong menjadi andalan. Semua penggiat CangKir urunan. Ada yang menyumbang honor tulisan, ada pula yang menyumbang papan, kayu, semen, batu, dan sebagainya. Tukangnya? Ya semua aktivisnya turun tangan. Sinergitas yang indah. Kebersamaan yang hangat. Pengejawantahan atas ideologi yang menjadi nyata. Tak cuma berdiskusi dan menulis, anak-anak CangKir juga bersicepat dalam amal saleh. Mereka ingin menjadi yang pertama, yang memulakan, yang menjadi trend setter. Kini, pembangunan sekrtariat bersama ini hampir rampung. Letih kerja bersama sungguh indah. Saat makan usai letih berpayah-payah mendirikan rumah kecil ini menjadi oasis betapa gotong royong memang intisari gerak masyarakat Indonesia, Kota Metro khususnya.

CangKir benar-benar bersiap menyambut tantangan zaman. Zaman yang mesti diisi dengan nilai intelektualitas dan kerja konkret yang mengejawantah dalam sikap dan perilaku. "Kami mengucapkan terima kasih atas sumbangsih teman-teman. Semoga ikhtiar teman-teman ini bermanfaat dan menjadi amal saleh," kata Rahmat dengan superbijak. Selamat untuk komunitas CangKir. Semoga menjadi yang terdepan dalam menginspirasi anak bangsa. Salut. Salam takzim untuk teman-teman.






BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline