Lihat ke Halaman Asli

Malam Lailatul Qadar

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

sudah sekian hari kita melangkah

dari tepian keriuhan kumandang beduk

sampai dua, tiga kita ter dehidrasi dan dua tiga pula ucap tak terkendali

sedang beberapa lirikan berkelebat disudut-sudut pandang



sering kita menyebutnya sebagai ibadah Shaum Ramadhan

namun satu, dua tak berusaha memelihara kesuciannya

masih sibuk berkecimpung dalam lumpur tak terhanyutkan

masih berkutat dalam kabut menyelimuti keagunganMU



sudah kusimpan setangkup do’a ketika malam semakin sepi,

berharap didalamnya  terdapat berkah  seribu bulan

malam bukan milik kaum penyerah diri dan penjaga hati  belaka

setangkai do’a kupanjatkan untuk harapan yang tak pernah putus  dari kemurahanMu



Dua, tiga kita tersaruk dalam terik dan keringat tercurah

Itu tak melonggarkan niat ku

Tidak membabat keteguhanku dalam menjaga seruanMu

Tetapi dua, tiga ucap dan lirik masih tak kuasa kukendalikan



dua pertiga sudah kita lalui dan kemenangan tinggal diambang pintu,

hanya Allah lah yang maha tau dan aku bahagia karenanya

” Shaummu UntukKu” demikian sabdaNya

hanya kepada kemurahan dan kasih sayangNyalah kami berharap, memohon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline