sudah sekian hari kita melangkah
dari tepian keriuhan kumandang beduk
sampai dua, tiga kita ter dehidrasi dan dua tiga pula ucap tak terkendali
sedang beberapa lirikan berkelebat disudut-sudut pandang
sering kita menyebutnya sebagai ibadah Shaum Ramadhan
namun satu, dua tak berusaha memelihara kesuciannya
masih sibuk berkecimpung dalam lumpur tak terhanyutkan
masih berkutat dalam kabut menyelimuti keagunganMU
sudah kusimpan setangkup do’a ketika malam semakin sepi,
berharap didalamnya terdapat berkah seribu bulan
malam bukan milik kaum penyerah diri dan penjaga hati belaka
setangkai do’a kupanjatkan untuk harapan yang tak pernah putus dari kemurahanMu
Dua, tiga kita tersaruk dalam terik dan keringat tercurah
Itu tak melonggarkan niat ku
Tidak membabat keteguhanku dalam menjaga seruanMu
Tetapi dua, tiga ucap dan lirik masih tak kuasa kukendalikan
dua pertiga sudah kita lalui dan kemenangan tinggal diambang pintu,
hanya Allah lah yang maha tau dan aku bahagia karenanya
” Shaummu UntukKu” demikian sabdaNya
hanya kepada kemurahan dan kasih sayangNyalah kami berharap, memohon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H