Lihat ke Halaman Asli

Tolak SMI untuk Nawacita Perekonomian Jokowi

Diperbarui: 6 Juli 2015   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keadaan ekonomi Indonesia saat pemerintahan Jokowi hanya diketahui hasil akhir oleh orang kebanyakan. Seperti hasil akhir nilai Rupiah yang terpuruk terhadap Dollar Amerika. Lainnya mungkin tingkat inflasi. Mereka kebanyakan hanya tahu nilai akhir tidak berusaha melakukan pendalaman-pendalaman terhadap apa yang terjadi di Indonesia sekarang.

Masalah penurunan tajam Rupiah terhadap Dollar sebenarnya juga terjadi di zaman pemerintahan SBY. Sebut saja pada tanggal 24-26 November Rupiah mengalami keterpurukan yang sangat tajam dari nilai sebelumnya yang berada di kisaran 9.000an menjadi 12.000an. Hal-hal ini harusnya menjadi lumrah mengingat nilai tukar dipengaruhi berbagai faktor.

Sedangkan untuk tingkat Inflasi mendapatkan nilai yang positif. Sebut saja perbandingan inflasi antara tahun 2013, 2014, dan 2015.Inflasi Januari-Juni 2015 adalah sebesar 0,96%, sedangkan pada tahun 2014 1,99% dan 2013 3,35%. Hal tersebut adalah hal yang positif bukan?

Memang angka-angka statistik tidak bisa menggambarkan keadaan riil di lapangan tetapi bukan berarti hal tersebut dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu bukan? Sebut saja akhir-akhir ini ramai-ramai tentang isu reshuffle menteri keekonomian. Salah satunya adalah masuknya Sri Mulyani ke pemerintahan Jokowi.

Apa dampak jika nanti kembalinya nama Sri Mulyani ke dalam pemerintahan Indonesia. Mungkin berita ini merangkum semua dampak jika beliau kembali (Ini yang Akan Terjadi Bila Sri Mulyani Masuk Kabinet). Setidaknya ada tiga poin dampak yaitu:

  1. Utang luar negeri Indonesia terhadap lembaga-lembaga seperti Bank Dunia akan bertambah.
  2. Kebijakan ekonomi Trisakti Jokowi akan bertentangan dengan Sri Mulyani.
  3. Kemungkinan akan ada kerja sama proyek dari hasil pinjaman luar negeri tadi, seperti yang terjadi dengan proyek IT dan komputerisasi Dirjen Pajak dari Bank Dunia.

Melihat dari 3 dampak tersebut nampaknya sudah cukup mewakili untuk menolak kehadiran SMI kembali. Ditambah keadaan ekonomi Indonesia ke depannya pasti akan cukup terkendali. Melihat dari pemaparan statistik yang saya sebut di atas. Ditambah keterkaitan nama SMI sendiri dalam kasus Century bisa menjadi alasan tambahan kenapa harus menolak dirinya sendiri.

Semoga Jokowi lebih berhati-hati terhadap pilihannya. Tidak langsung menjual idealisme pribadi dia sendiri. Karena ini masalah perekonomian Indonesia. Bubarkan!

 

Gambar diambil dari http://www.jpnn.com/picture/normal/20150602_060724/060724_330229_Sri_Mulyani_Indrawati_Ali_d.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline