Ada ungkapan yang mengatakan, "jangan pernah menengok ke belakang, teruslah melihat ke depan". Biasanya orang akan memaknai ungkapan ini dengan mengatakan bahwa setiap orang yang ingin maju harus melupakan setiap kegagalan pada masa lalunya. Supaya dia tetap optimis bahwa dia akan meraih setiap cita-citanya di masa depan. Jangan menoleh ke belakang dapat juga dipahami harus move on dari masa lalu dan dengan penuh optimis menatap ke depan.
Prinsip ini relevan dengan prinsip hidup orang percaya. Ketika kita telah hidup dalam Kristus maka wajib hukumnya untuk menanggalkan manusia lama dan tidak lagi menoleh atau kembali kepada gaya hidup manusia lama kita. Oleh karena tindakan seperti itu tidak dikehendaki oleh Tuhan dan itu bukanlah gaya hidup yang benar sebagai orang Kristen.
Apabila kembali kepada Kejadian 19:1-29, sebenarnya kisah ini berbicara tentang penusnahan Sodom dan Gomora. Oleh karena kehidupan orang Sodom dan Gomora begitu jahat dan bejat sehingga mendatangkan murka Allah bagi mereka. Sekalipun demikian, di dalam kota Sodom dan Gomora tinggal Lot dan keluarganya yang memiliki hidup berbeda dari orang-orang Sodom. Lot dan keluarganya menunjukkan kualitas hidup yang menyenangkan Tuhan. Sehingga Tuhan membebaskan mereka.
Itulah sebabnya, Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk menyelamatkan keluarga Lot. Ketika proses penyelamatan itu dilakukan, terjadilah insiden seperti yang dicatat pada ayat 26. Istri Lot ternyata "menoleh ke belakang", sehingga menjadi tiang garam. Sepintas apabila memperhatikan apa yang dilakukan oleh istri Lot ini hanyalah sepeleh, namun apabila memperhatikan hukuman yang dijatuhkan Tuhan kepadanya, dapat dikatakan bahwa istri Lot telah melakukan kesalahan atau dosa yang besar.
Akar kata dalam bahasa Ibrani untuk "memandang" yang digunakan dalam Kejadian 19:26 adalah atau nabat . Strong's Concordance mendefinisikan kata ini sebagai, "untuk memindai, yaitu melihat dengan seksama; implikasinya, memandang dengan senang hati, nikmat atau perhatian -- (menyebabkan) melihat, mempertimbangkan, melihat (ke bawah), menghargai, menghormati, melihat." Ada implikasi halus dari memandang dengan senang hati berdasarkan konteks dan penggunaan kata tersebut. Mungkin salah satu alasan mengapa dia menoleh adalah karena melihat kembali kota-kota ini dengan penuh kasih sayang; dia memikirkan baik-baik kehidupannya yang nyaman, orang-orangnya, dan gaya hidupnya. Mungkin dia menyesal harus meninggalkannya. Dia hancur karena keputusannya. Istri Lot menoleh ke belakang, ke arah Sodom dan Gomora, menandakan hatinya masih terpikat kepada kehidupan Sodom dan Gomora yang penuh lumpur dosa. Allah tidak menginginkan umat-Nya mengikuti-Nya tidak dengan sepenuh hati, di mana hatinya masih terpikat kepada kehidupan lamanya yang penuh dosa.
Para teolog memperdebatkan apa maksudnya dia beralih ke tiang garam. Apakah dia berubah menjadi formasi batuan fisik? Apakah dia menguap? Tidak ada kesimpulan yang pasti. Terdapat tiang batu di dekat Laut Mati di sekitar lembah tempat keluarga Lot melarikan diri yang oleh sebagian orang dihormati sebagai istri Lot, meskipun hal tersebut lebih merupakan mitos daripada apa pun yang didukung oleh sejarah atau Alkitab. Pada akhirnya, Tuhan tidak mencatat nasibnya untuk mengilhami ekspedisi arkeologis untuk mencari pilar garam, tetapi untuk berfungsi sebagai peringatan.
Keinginan Tuhan agar manusia belajar dari istri Lot begitu kuat, bahkan Tuhan Yesus pun berbicara tentangnya. Ketika berbicara tentang akhir zaman, Yesus memperingatkan, "tetapi pada hari Lot meninggalkan Sodom, turunlah hujan api dan belerang dari surga dan membinasakan semuanya. Hal yang sama akan terjadi pada hari Anak Manusia dinyatakan. Pada hari itu, siapa pun yang berada di atap rumah dan mempunyai barang-barang di dalam rumah, tidak boleh turun untuk mengambilnya; dan demikian pula siapa pun yang berada di lapangan tidak boleh kembali. Ingatlah istri Lot . Siapa yang berusaha menjamin nyawanya akan kehilangannya, tetapi siapa yang kehilangan nyawanya, ia akan mempertahankannya" (Lk. 17:29-33 , penekanan ditambahkan).
Bagian dari referensi apa pun mengenai hari Anak Manusia adalah Tuhan yang mencurahkan murka-Nya ke dunia. Yesus memperingatkan orang-orang percaya untuk berlari ke bukit, sama seperti Lot, dan tidak menoleh ke belakang atau mengambil apa pun. Dia kemudian mengatakan untuk mengingat istri Lot, dan memperingatkan mereka yang ingin mengamankan hidup mereka bahwa mereka akan kehilangan nyawanya. Ini merupakan pengingat bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara, rapuh, dan akan berkarat serta membusuk. Intinya, mereka yang menengok ke belakang adalah mereka yang menaruh keimanan, pengharapan, dan cintanya pada dunia materi dan fisik ketimbang pada hal-hal kekal Tuhan.
Hukuman untuk istri Lot atas dosa ini. Dia mati seketika di tempat, namun tubuhnya tidak terjatuh, melainkan berdiri kaku dan tegak seperti sebuah tiang, atau tugu peringatan. Tidak dapat rusak atau membusuk seperti tubuh manusia jika terkena udara, melainkan berubah menjadi suatu zat seperti logam yang akan tetap ada untuk selamanya. Mari, perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya (Rm. 11:22). Terhadap Lot, yang terus maju ke depan, Allah memberinya kemurahan. Terhadap istrinya, yang menoleh ke belakang, Allah berlaku dengan keras. Walaupun dia berhubungan erat dengan seorang laki-laki yang benar, walaupun dia lebih baik daripada tetangga-tetangganya, dan walaupun penyelamatannya keluar Sodom merupakan sebuah monumen belas kasihan yang istimewa, namun Allah tidak menutup mata terhadap ketidaktaatannya, karena hak-hak istimewa yang hebat tidak akan melindungi kita dari kemurkaan Allah jika kita tidak memanfaatkannya dengan hati-hati dan setia. Tiang garam ini seharusnya menggarami kita. Karena menoleh ke belakang itu sangat berbahaya, marilah kita selalu mendesak maju (Flp. 3:13-14).
Lalu, apa yang akan kita pelajari dari kisah istri Lot menoleh ke belakang ini? Pertama, Jangan menoleh ke belakang berarti mematuhi dan tidak meragukan perintah Allah. Istri Lot jelas tidak mematuhi perintah yang jelas, dan dengan demikian melakukan dosa yang sama dengan pelanggaran Adam, yang menghancurkan kita semua. Ketidakpercayaanlah yang mendasari perbuatannya itu. Dia meragukan bahwa Sodom akan dihancurkan, dan berpikir dia mungkin saja tetap selamat di dalamnya.