Minggu-minggu menjelang Paskah merupakan waktu yang seringkali digunakan oleh gereja untuk merenungkan kisah-kisah penderitaan, penyaliban hingga kematian Yesus. Bahkan pada gereja-gereja tertentu memang telah menetapkan tema-tema khotbah yang identik dengan penderitaan Yesus. Salah satu perikop yang seringkali dijadikan acuan khotbah para pendeta pada minggu-minggu menjelang Paskah ini adalah Matius 26:6-13 yang mengisahkan tentang Yesus yang diurapi.
Matius memang tidak mencantumkan nama perempuan yang mengurapi Yesus, tetapi apabila membaca perikop paralelnya dalam Yohanes maka di sana kita diberikan informasi bahwa perempuan itu bernama Maria. Matius juga tidak secara gamblang menyebut nama minyak wangi yang digunakan perempuan itu, tetapi dalam Yohanes disebutkan bahwa itu adalah minyak narwastu. Berdasarkan informasi yang diberikan Markus, harganya tiga ratus dinar lebih. Artinya itu setara dengan upah bekerja selama satu tahun pada masa itu. Itulah sebabnya, apa yang dilakukan oleh Maria ini membuat murid-murid terutama Yudas menjadi gusar, karena mereka menganggapnya sebagai pemborosan.
Akan tetapi, Yesus dengan keras menegor mereka dan memberikan penjelasan bahwa tindakan yang dilakukan oleh perempuan itu adalah untuk mempersiapkan penguburan-Nya. Artinya tindakan meminyaki perempuan itu bukanlah tindakan yang biasa, melainkan sebuah tindakan yang sakral. Bahkan tanpa sengaja, Maria ternyata sedang memproklamirkan bahwa Yesus adalah Mesias.
Dalam konteks PL, setiap orang yang diurapi dengan minyak menunjukan bahwa orang tersebut dikhususkan (diasingkan) untuk menduduki jabatan dan melaksanakan tugas dari Allah. Misalnya: para imam yang diurapi (Im. 4:3; 6:22), raja-raja yang diurapi (1Sam. 24:10; 2Sam. 19:21; 23:1; Rat. 4:20) dan bahkan juga nabi-nabi kemungkinan diurapi (1Raj. 19:16). Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengurapan ini menunjuk kepada penugasan ilahi untuk sebuah jabatan teokrasi tertentu supaya melalui pengurapan itu mereka digolongkan dalam kelompok hamba Tuhan yang khusus, dan pribadi mereka itu suci dan tidak dapat diganggu gugat (1Taw. 16:22).
Setiap mereka yang menerima urapan dipandang sedang berpartisipasi dalam kesucian jabatannya (1Sam. 24:6; 26:9; 2Sam. 1:14). Mereka yang diurapi, diasingkan untuk menjalankan maksud Allah di dalam dunia ini. Dalam konteks perikop Matius 26:6-13, Yesus benar-benar menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh Maria adalah tindakan peringatan akan tugas yang harus dikerjakan-Nya. Oleh karena melalui pengurapan ini hendak menegaskan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah bagi manusia yang berdosa.
Maka tidak mengherankan, ketika para murid khususnya Yudas menjadi gusar melihat pemborosan yang dilakukan Maria; Yesus malah menegor mereka dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Maria untuk mempersiapkan penguburan-Nya. Artinya, Dia sebagai Mesias yang diutus ke dalam dunia memang harus menderita, harus disalibkan, harus mati untuk menyelamatkan manusia berdosa. Dan dalam perikop ini, Maria sedang memberitakan hal itu. Bahkan sampai sekarang dan masa yang akan datang, ketika Injil diberitakan tindakan Maria ini akan terus diingat dan diberitakan (bdk. ay. 13).
Itulah sebabnya, kita patut bersyukur kepada Allah yang karena kasih-Nya kepada kita sehingga Dia rela mengutus Anak-Nya ke dalam dunia, untuk menderita dan mati menggantikan kita supaya kita beroleh keselamatan dan hidup kekal. Kita juga patut bersyukur karena Yesus adalah Mesias yang telah ditetapkan dan diurapi Allah untuk menjalankan tugas penebusan melalui penderitaan dan kematian-Nya; sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya akan diselamatkan. AP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H