Lihat ke Halaman Asli

Adi Putra

Dosen STT Pelita Dunia

Cinta Lebih Kuat daripada Maut

Diperbarui: 28 Maret 2020   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar diambil dari: rec.or.id

Meskipun ada banyak orang yang meragukan otoritas dari Kitab Kidung Agung, tapi kitab ini juga diwahyukan Roh Kudus dan dimasukkan ke dalam Alkitab untuk menggarisbawahi asal-usul ilahi dari sukacita dan martabat kasih manusia di dalam sebuah pernikahan. 

Kitab Kejadian menyatakan bahwa seksualitas manusia dan pernikahan mendahului kejatuhan manusia ke dalam dosa. Walaupun dosa telah mendistorsi pengalaman manusia yang paling penting ini, Tuhan ingin kita tahu bahwa pernikahan itu bisa murni, sehat, dan indah. 

Karena itu Kidung Agung, memberikan model yang bersifat memperbaiki di antara dua ekstrem dalam sejarah: (1) peninggalan kasih pernikahan untuk perilaku seksual yang tidak wajar (yaitu, hubungan homoseksual atau lesbian) dan hubungan heteroseksual sepintas di luar pernikahan, dan (2) pertapaan yang seringkali secara keliru dianggap pandangan Kristen terhadap seks, yang menyangkal kasih jasmaniah di dalam hubungan pernikahan.

Kidung Agung 8:5-7 merupakan klimaks dari cerita cinta yang dikemukakan oleh Salomo dengan melukiskannya dengan kondisi yang cukup mengharukan. Melalui sebuah pergumulan yang panjang, akhirnya sang gembala bersama sang kekasihnya dapat meninggalkan istana dan seolah-olah kembali ke tempat asal mereka (ay.2). 

Kemewahan istana seolah-olah diabaikan oleh sepasang kekasih ini. Tentunya situasi ini hendak menegur orang-orang untuk senantiasa melihat pernikahan sebagai sesuatu yang berharga, karena diikat oleh cinta yang Tuhan telah anugerahkan. Sehingga situasi kondisi tidak akan pernah bisa mempengaruhinya bahkan membuatnya hilang dan pudar.

Pada 8:5-7 sebenarnya ada tiga hal yang hendak dikemukakan oleh Salomo perihal Cinta lebih kuat dari pada maut yang sekaligus akan sangat bermanfaat bagi setiap keluarga Kristen, yakni:

Pertama, Suami-istri (cinta) harus saling membutuhkan dan merindukan satu sama lain (ay.5). Sebenarnya Kejadian 2 sudah memberikan penegasan tentang hubungan atau relasi suami-istri (Kej. 2:24). 

Suami istri sudah menjadi satu daging. Perempuan yang diciptakan atau dibentuk dari laki-laki, kemudian dipersatukan lagi dengan laki-laki tersebut. 

Hal yang serupa pun sebenarnya hendak dikemukakan oleh Kidung Agung 8:5, "Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar pada kekasihnya? Di bawah pohon apel kubangunkan engkau, di sanalah ibumu telah mengandung engkau, di sanalah ia mengandung dan melahirkan engkau."

Ada indikasi bahwa sepasang kekasih ini sebelumnya terpisah atau dipisahkan, namun sekarang mereka kembali dipersatukan karena kekuatan cinta mereka -- bukan karena gairah atau nafsu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline