Lihat ke Halaman Asli

Adi Kurniawan Ritonga

Digital Marketer

Minum Kopi, antara Teror Bom dan Sianida

Diperbarui: 14 Februari 2016   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo, ini adalah tulisan saya yang jarang sekali muncul disini. Anyway busway, kesibukan kerja membuat saya lupa buat menulis.

Saya adalah barista di salah satu kedai kopi ter-unyu di dunia. Menjadi barista banyak tantangannya, sama kayak nantangin buaya buat lomba berenang, kalau nggak cepat ya bakalan kalah, atau kemakan sama buayanya sendiri. Nggak nyambung tapi asik buat diibaratkan.

Akhir-akhir ini tantangan yang sering saya terima adalah pertanyaan-pertanyaa customer yang buat merinding misalnya gini “mas, disini ada bom?” pengen banget jawab “ada pak, disebelah sudut kiri dekat pintu. Katanya sih beberapa menit lagi meledak” tapi nggak mungkin saya buat customer lari kebirit-birit sambil megangin high heels dan mejerit ala sinetron indoliar. Dengan sedikit nyengir saya jawabnya dengan tenang, adem dan mengatakan kalau disini nggak ada bom. Gilak aja, kalau ada bom saya tentu nggak mau mati konyol dengan kondisi celana robek dan paha menghitam kayak biji kopi. Nggak ada, disini nggak ada bom. Disini adanya kopi manis yang bisa menyiram kenangan-kenangan pahit ente di masa lalu. *tsssaaahhh

Pertanyaan yang paling ngetrend lagi adalah soal sianida. Saya nggak punya tipi di kos, paket internet juga sekarat, ditambah lagi sibuk kerja, jadi belum ngikutin perkembangan berita. Saya pikir Sianida adalah nama orang. Pernah suatu ketika customer saya pesan minum dan dia bercandain “mas, jangan pake sianida ya” saya nggak Ngehh. Spontan saya jawab “oh, atas nama sianida ya, oke”. Dia ketawa, nyengir. Ternyata sianida itu adalah racun. Gilak!! Apa lagi ini? Sianida...sianida. sejak itu sering customer saya takut kalau saya bakalan kasi sianida di kopinya. Sembrono. Jangankan merasakannya, bentuk sianida aja saya nggak pernah tau gimana. Terkadang, saya balas dengan candaan “iya kak, kebetulan saya baru beli sianida di warung pak kobra” lalu seketika kami masuk tipi, akhirnya....

Sebagai barista ter-ijo, saya diwajibkan untuk membat customer merasa nyaman ketika menikmati kopi tanpa sianida. Andaikan pun saya bisa kasi sianida, saya yang bertanggung jawab gimana caranya agar customer nggak mati mendadak dan semua stasiun tipi nggak ngejar-ngejar saya.

Sebenarnya urusan mati itu udah diatur sama Yang Maha Kuasa. Jangankan minum kopi pake sianida, di Jepang aja ada remaja yang mati hanya karena makan telur, hanya saja yang dimakannya adalah telur ular piton. Atau bisa aja kita tiba-tiba mati karena ada angin sepoi-sepoi, bisa jadi. Nggak mesti kena bom, nggak mesti pake sianida, mati itu pasti. Tapi caranya yang beda-beda, dan kita sendiri nggak bisa memilih gimana cara kita mati. Tugas saya sebagai barista adalah membuat customer saya nyaman dan bisa (mati dengan) tenang.

So far, semua customer saya masih anteng-anteng aja nikmati kopi buatan saya. Itu artinya mereka juga yakin kalau mereka bakalan terlindungi, mereka bakalan aman. Jadi kalau misalnya bapak, mas, tante, ibu, kakak nikmati kopi dimana aja jangan takut ada bom atau ada kandungan sianida. Tapi takutlah dengan mantan yang bawa pacar barunya ke tempat kamu kerja dan mereka bermesraan, karena itu lebih mematikan.

#kamitidaktahan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline