Lihat ke Halaman Asli

Adi SuhenraSigiro

Melayani Tuhan, Keluarga, Negara, Gereja, Sesama, serta Lingkungan merupakan panggilan sejak lahir

"Mujizat Kesembuhan: Disebuhkan Dari Pembengkakan Hati"

Diperbarui: 26 Agustus 2022   10:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tarutung, 25 Agustus 2022. 

Oleh: Adi Suhenra Sigiro.

Tulisan ini adalah kesaksian saya atas kesembuhan yang Tuhan kerjakan dalam hidup ayah saya, di mana ayah saya dijamah dan disembuhkan Tuhan dari sakit pembengkakan hati. Berikut kisahnya:

Minggu pertama bulan Maret 2020, kondisi ayah kami sangat drop. Waktu itu dengan sigap seluruh keluarga yang dikampung halaman membawa berobat ke RSU. Hadrianus Sinaga di Pangururan. Setelah berobat kondisi ayahku mulai membaik.

Namun, pada pertengahan bulan Maret 2020, kondisi ayahku kembali drop. Saat itu, semua keluarga yang dikampung kembali langsung sigap untuk membawa periksa ke RSU. Hadrianus di Pangururan. Setelah di cek, ternyata ayah kami mengalami "Pembengkakan Hati".

Setelah diperiksa, dokter memberi resep obat. Namun, ternyata salah satu obat yang diresep dokter tidak ada di RSU. Hadrianus tersebut.

Padahal menurut dokter, obat yang tidak ada itu merupakam salah satu obat inti untuk kesembuhan ayah kami. Kami semua anak-anaknya bergerak, mencari di berbagai apotik besar dan bertanya kepada sahabat dan kenalan baik yang ada di Jakarta, Bandung dan Medan.

Namun ternyata obatnya tetap tidak ada. Nama obatnya waktu itu, "Paromicin". Informasi dari petugas  apotek yang kami temui mengatakan obat itu tidak ada lagi, sudah habis dan tidak diproduksi lagi.

Kami semua sekeluarga sudah sangat cemas, karena obatnya tidak ada. Kami sekeluarga mulai saling menguatkan dan mempercayakan kesembuhan ayah kami kepada Tuhan.

Kami mulai saling mempercakapkan dan mempercayai bahwa: Tuhanlah Yesuslah segalanya dan sumber kesembuhan ayah kami. Tetapi seiring berjalan waktu, kondisi ayah kami makin drop, ayah kami sama sekali tidak bisa berkomunikasi lagi.

Selain itu, Ayah kami juga sudah mulai tidak mengenal kami anak-anaknya. Satu persatu kita mulai sedih, menangis, meratap karena kondisi ayah kami yang semakin drop.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline