Oleh: Adi Suhenra Sigiro, M.Th
Ketika mereka duduk di situ dan sedang makan, Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku."Maka sedihlah hati mereka dan seorang demi seorang berkata kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?" Ia menjawab: "Orang itu ialah salah seorang dari kamu yang dua belas ini, dia yang mencelupkan roti ke dalam satu pinggan dengan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan." (Markus 14:18-21.
Sahabat Pembaca yang setia kawan! Tuhan Yesus di dalam kemurahan-Nya memilih murid-murid-Nya dari berbagai latar belakang, dan pada dasarnya murid-murid tersebut bukanlah orang terpandang, berpendidikan dan ahli dalam kitab. Sebut saja Petrus, Ia adalah seorang nelayan bahkan seorang nelayan yang gagal. Selain itu, Petrus memiliki kepribadian yang plin-plan. Hal ini dapat kita lihat dari kisah hidupnya dalam mengikuti Yesus sebelum Yesus di salibkan. Terkadang berlaga berani mati demi Tuhan sebentar lagi jadi penakut. Contoh lain, Matius seorang Lewi pemungut cukai. Orang yang bekerja sebagai pemungut cukai biasanya benci oleh masyarakat Israel karena para pegawainya suka mengambil pajak dari jumlah yang sebenarnya. Jadi Matius merupakan pribadi yang dibenci oleh masyarakat namun dipanggil menjadi murid Tuhan Yesus. Singkatnya yang dipanggil menjadi murid Tuhan Yesus bukanlah orang-orang yang lebih baik atau lebih unggul dari manusia yang lainnya.
Sahabat Pembaca yang setia kawan! Diantara dua belas murid yang dipilih tersebut salah satu murid ada yang bernama Yudas Iskariot. Ternyata kedekatan dan kebersamaannya dengan Tuhan Yesus tidak menjamin bahwa ia tidak akan melakukan yang fatal terhadap Tuhan Yesus. Padahal kurang lebih tiga setengah tahun Yudas selalu melayani bersama dengan Tuhan Yesus, melihat bagaimana Yesus mengusir roh jahat, menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati, dll. Selain melihat mujizat-mujizat yang dikerjakan Tuhan Yesus, Yudas juga makan bersama dengan Tuhan Yesus dan murid-murid lainnya. Namun kebersamaan yang demikian bukan malah membuat Yudas untuk menjaga hubungan dan sikapnya kepada Tuhan Yesus. Ia malah berencana yang busuk terhadap Tuhan Yesus. Dengan diam-diam Yudas malah pergi ke rumah Imam-iman dan ahli farisi untuk menyerahkan dan menjual Yesus dengan tiga puluh keping perak. Hubungan, pengenalannya dan pengalamannya dengan Tuhan Yesus, ditukarkan dengan tiga puluh keping perak. Bahkan ketika Yudas menyerahkan Tuhan Yesus untuk ditangkap Yudas memberikan ciuman yang palsu sebagai tanda supaya para algojo segera menangkap Tuhan Yesus. Yudas bagaikan musuh dalam selimut. Namun, kejahatan yang dirancangkan dan dikerjakan Yudas mengakibatkan Tuhan Yesus harus mengalami kematian yang tragis di kayu salib berujung kepada keselamatan bagi kita orang berdosa. Kematian-Nya memberikan pengampuan dosa dan setiap tetasan darah-Nya memiliki kuasa kesembuhan bagi orang yang percaya kepada-Nya.
Sahabat Pembaca yang setia kawan! Berdasarkan fakta Kebenaran tersebut, maka kita tidak sepatutnya kecewa jika kita mengalami pengalaman yang demikian, mempunyai musuh dalam selimut. Karena Yesus pun pernah mengalami yang demikian. Mungkin di pelayanan, pekerjaan, kampus, keluarga, mungkin ada orang yang selalu bersama dengan kita, pelayanan bersama kita, bekerja dan belajar bersama kita, makan dan minum bersama-sama dengan kita, bahkan jalan-jalan bersama kita, dan apapun kadang kadang dilalui bersama, namun tanpa disadari dan tanpa di duga ia merencanakan dan melakukan tindakan jahat kepada kita padahal tidak ada kejahatan yang kita lakukan bagi orang tersebut. Mungkin kita jadi berkata "Kog dia tega pada hal saya tidak melakukan kesalahan kepadanya." Mungkin melalui rencana dan tindakannya itu usaha jadi hancur, bisnis jadi bangkrut, karir dipekerjaan jadi terhambat, kelurga jadi rusak, dll. Namun dalam keadaan demikian kita harus tetap berjalan bersma dengan Tuhan Yesus sebab Dia sanggup mengubah keadaan yang kita hadapi. Jika kita mengalaminya pasti ada sesuatu yang terbaik yang Tuhan sediakan bagi kita. Sama seperti Yesus, ketika diserahkan oleh Yudas Iskariot, Ia menerima Kemulian dan kuasa di Sorga dan di bumi setelah Yesus, menderita, mati dan bangkit dan naik ke Sorga, demikian juga jika karena rencana dan tindakan orang yang membuat segala yang kita miliki jadi hancur maka percayalah dibalik semua itu ada berkat dan karunia yang besar yang disiapkan Tuhan untuk kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H