Lihat ke Halaman Asli

Adi Ankafia

Freelancer

Sebaiknya Duduk Sesuai Nomor yang Tertera pada Boarding Pass

Diperbarui: 29 Juli 2019   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiket Kereta Api (Dokumentasi Pribadi)

Hari Minggu kemarin, 28 Juli 2019, di Stasiun Madiun ketika hendak chek in, saya berada di belakang muda-mudi yang sedang kasmaran. Sang Pria, dugaan saya, hendak kembali ke kota tempatnya mengadu nasib. Sampai sebelum memperlihatkan tiketnya ke petugas chek in, mereka tampak asik bermesra seperti tidak ingin berpisah. Karena menghalangi antrian yang lain, termasuk saya, petugas chek in menegur dan menanyai :

Petugas : "Naik Kereta Api apa, Mas?"

Sang Pria : "Gajayana, Pak!"

Petugas : "Lah, itu Keretanya sudah mau jalan lagi!"

Sang Pria langsung tergopoh-gopoh menyerahkan tiket KA dan KTP nya ke petugas chek in yang tampak sebal. Sebelum bergegas masuk, Sang Pria masih sempat dadah-dadah dengan Sang Wanitanya. Saya dan petugas chek in hanya bisa geleng-geleng kepala. Sementara antrian di belakang semakin mengular akibat insiden retjeh tersebut.

Manusia memang tempatnya khilaf. Hanya saja, kadang saya tidak habis pikir dengan golongan makhluk yang tidak pernah memperhatikan jadwal yang sudah direncanakan semacam itu. Bagaimana bisa ?

Sama halnya dengan tidak habis pikirnya saya dengan golongan makhluk yang suka merebut dan/atau minta tukar posisi tempat duduk strategis di dalam Kereta Api. Hal ini cukup sering saya alami. Sebal ? Pasti. Padahal setiap dalam perjalanan menggunakan Kereta Api dan/atau moda transportasi lain seperti bis eksekutif dan pesawat, petugas selalu memberitahukan atau menghimbau agar para penumpang duduk sesuai dengan nomor yang tertera pada tiket atau boarding pass. Budaya kecil yang tidak bisa tertib.

Kenapa, sih, harus duduk sesuai dengan nomor yang tertera pada tiket atau boarding pass ? Karena jika terjadi hal-hal yang sifatnya emegency (tentunya kita semua berharap hal semacam itu tidak terjadibisa dengan mudah dilakukan tindakan-tindakan semacam mitigasi dan/atau evakuasi dan/atau identifikasi.

Tujuh tahun yang lalu, saat saya masih suka sekali menggunakan Kereta Api Majapahit. Saat awal-awal Ignatius Jonan yang memegang tampuk kekuasaan sebagai Direktur PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) menerapkan sistem boarding pass. Pada suatu perjalanan dari Madiun untuk kembali ke Jakarta, jauh-jauh hari saya sudah memesan tiket melalui situs jual beli tiket online, seperti biasa, saya selalu memilih posisi tempat duduk strategis dekat jendela. Lajur A.

Kereta Api Majapahit berangkat dari Malang. Naas, ketika saya naik dari Stasiun Madiun, kursi saya sudah didudukin oleh Bapak-Bapak usia awal 50 tahunan yang cukup bebal. Dengan seenaknya dia bilang bahwa tempat duduk di nomor manapun sama saja ketika saya meminta hak saya dengan cara yang santun.

Seketika temperamen saya langsung naik dan tidak bisa ditahan. Saya menyemprot Bapak-Bapak tersebut dengan kata-kata kasar khas Jawa Timuran. Maklum, ketika itu saya masih menyandang status Mahasiswa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline