Lihat ke Halaman Asli

Adi Ankafia

Freelancer

Bopet Mini, Kelana Rasa di Tengah Terik Ibu Kota

Diperbarui: 20 September 2018   10:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah Makan Bopet Mini (Dokumentasi Pribadi)

Dalam urusan kuliner saya bukanlah penggemar Masakan Padang. Hanya sesekali saja saya memilih menu Masakan Padang, khususnya jika saya sedang kehilangan selera makan dan tidak tahu lagi harus makan apa.

Beberapa bulan lalu, saat menghadiri rapat di Jakarta, menu makan siang yang disediakan adalah Masakan Padang. Saya tidak memakannya di tempat, namun saya membawa sekotak Masakan Padang tersebut pulang ke Bogor karena saya sudah cukup kenyang dengan snack yang disajikan di sela-sela rapat. Saya berniat memberikannya ke Ibu Kost seperti biasanya.

Sesampainya di Bogor, Ibu Kost saya ternyata sedang tidak berada di tempat. Mungkin sedang berkunjung ke sanak family lainnya. Daripada mubazir mending saya makan sendiri saja, pikir saya saat itu. Sebelum membuka kotaknya terlebih dahulu saya mencermati tulisan yang tercetak pada sampul muka. Bopet Mini. Begitulah nama Rumah Makan yang terletak di sekitaran Bendungan Hilir, Jakarta. 

Konten yang tersedia sebenarnya cukup biasa. Standar Masakan Padang pada umumnya. Terdiri dari daun singkong, sayur nangka, sambalado ijo mudo nan di jauah di mato (halah!), gulai ayam, dan telur balado.

Namun, ada yang sedikit mencuri perhatian saya. Pada kuah gulai ayamnya, selain warnanya cenderung soft juga terdapat beberapa butir kapulaga. Saya belum pernah menemukan yang seperti ini sebelumya. Saat saya mencicipi, rasa yang dihadirkannya pun unik dan menimbulkan kecurigaan saya bahwa Masakan Padang di Rumah Makan Bopet Mini tersebut tersisip pengaruh kuliner Aceh. Lidah dan otak saya bersinergi, berkelana rasa sambil menganalisa.

Saya seolah terhipnotis oleh citarasa ranah Minang yang tersaji dengan begitu mempesonanya. Hingga, tandas dalam sekejap. Hmm... sebaiknya kata "Tandas" saya ganti dengan "Ludes" karena "Tandas" di Negeri Seberang bermakna "Toilet" atau "Jamban". 

Tanpa saya sadari saya pun berteriak "Uniii! Tambo ciek!"

Kemudian hening seketika.

Saya seperti terbawa suasana berada secara real time di Bopet Mini. Saya sedang dipermainkan oleh ruang dan waktu.

Uni siapa?

Uni yang mana?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline