Lihat ke Halaman Asli

Adi Ankafia

Freelancer

"Si Doel The Movie", Polemik (Cinta Segitiga) yang Tak Kunjung Usai

Diperbarui: 12 Agustus 2018   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Si Doel The Movie. Sumber Foto: Kompas.com/Dian Reinis Kumampung

"Di, sudah nonton Si Doel The Movie?" tanya Mas Ferianto (untuk selanjutnya akan disebut sebagai Mas Feri) kepada saya kemarin pagi saat sarapan di kantor sebelum memulai rutinitas sebagai buruh di salah satu lembaga litbang pemerintah ternama di tanah air, sebut saja ****. 

Raut mukanya tampak memerah kepedasan oleh sambal matah, bekal sarapan buatan istrinya. Padahal istrinya bukan orang Bali. Dan, sarapan sambal matah? Seriously?

"Belum, Mas, saat premiere tanggal 2 Agustus kemarin saya kehabisan tiket." Jawab saya bersanding nada keluh.

Mas Feri mengangguk-angguk paham.

"Nanti istirahat siang aja, yuk, nonton Si Doel The Movie! Sekalian Mas Teguh juga kita culik!" Ajak Mas Feri setelah menandaskan sisa sambal matah dengan cara menenggaknya. Mas Teguh merujuk kepada seorang teman kantor yang duduk tepat di sebelah kanan saya, sementara Mas Feri duduk tepat di sebelah kiri saya. Jadi, posisi meja kerja saya diapit oleh Mas Feri dan Mas Teguh. Mas Teguh manut aja sama ajakan Mas Feri dan Saya.

Dari Kiri ke Kanan : Mas Ferianto, Mas Teguh, dan Saya (Dokumen Pribadi @adiankafia)

Mas Feri dan Mas Teguh adalah senior saya di kantor. Diantara kami bertiga, Saya adalah yang paling muda. Jika diibaratkan dalam dunia persilatan, Saya adalah murid paling bungsu. Pada masa awal saya sebagai new kids on the blocksaya memanggil mereka dengan sebutan Pak Feri dan Pak Teguh. For Your Information, mereka berdua, masing-masing sudah beristri dan memiliki anak. Saya?... belooon!

Tiket Si Doel The Movie (Dokumen Pribadi @adiankafia)

Nonton Si Doel The Movie disponsori oleh Mas Feri. Semacam farewell party kecil-kecilan mengingat minggu depan Mas Feri sudah akan melanjutkan sekolah untuk meraih gelar Master di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Pada dasarnya saya bukanlah penonton setia serial Si Doel Anak Sekolahan di zamannya. Saat itu saya lebih familiar dengan serial Friends. Bukan sok kebarat-baratan, tapi, saya masih terlalu ingusan untuk memahami problematika Doel-Sarah-Zaenab. 

Kendatipun demikian, animo masyarakat yang merindukan Si Doel sejak episode terakhir yang cukup gantung di tahun 2006 berhasil memprovokasi saya untuk menjadi ikut penasaran dengan kelanjutan kisahnya. Dua belas tahun, dan, tentunya rindu sudah cukup tebal bahkan mengkerak.

Si Doel The Movie dari kacamata saya terlalu banyak adegan klise. Si Doel The Movie agak sedikit ternoda oleh dominasi polah tingkah Mandra. Meski, menurut Mas Feri tanpa peran Mandra, Si Doel The Movie habis karena terlalu flat. Ada benarnya juga. Tapi, tidak sepenuhnya benar karena Mandra sudah terlalu berlebihan. Seperti sayur asem yang kebanyakan garam.

Saya menduga, Si Doel, dalam hal ini Rano Karno nyang jadi dalangnye sengaja menampilkan Si Doel The Movie seperti sekumpulan clue-clue cerita yang bakal dikembangkan pada sekuel-sekuel selanjutnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline