Lihat ke Halaman Asli

Berkunjung ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Diperbarui: 1 April 2019   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DOKPRI

Di dalam artikel ini penulis ingin menceritakan tentang perkunjungan penulis ke suatu tempat yang bersejarah di Indonesia. Museum Perumusan Naskah Proklamasi, tempat ini menceritakan mengenai detik-detik sejarah peristiwa perumusan naskah proklamasi. 

Tempat ini jelas terlihat seperti gedung-gedung pada zaman dahulu, karena desain nya yang amat unik, warna dari gedung yang kontras, interior dari rumah ini tidak seperti rumah indonesia pada umumnya, karena interior ini bertema Eropa, terlihat bukan uniknya dari bangunan ini.

Sekitar tahun 1920 gedung ini didirikan oleh arsitek Belanda yang bernama J.F.L. Blankenberg. Gedung ini bisa dibilang sangat luas untuk zaman dahulu, gedung ini memiliki luas 1138m2, dan untuk luas tanah di gedung ini sangat besar, luas tanah ini memiliki luas 3914m2. Gedung ini dimiliki atas nama P.T,. Asuransi Jiwasraya. Ketika pecah Perang Pasifik, gedung ini dipakai British Consul General sampai Jepang menduduki Indonesia.

Pada masa Pendudukan Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Meda, Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang. 

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, tempat ini masih menjadi tempat kediaman Laksamana Maeda, tetapi tidak lagi semenjak sekutu mendarat di Indonesia pada bulan September 1945. Setelah Jepang kalah, gedung ini menjadi Markas Tentara Inggris. Pemindahan status gedung ini, terjadi dalam aksi nasionalisasi terhadap milik bangsa asing di Indonesia. 

Gedung ini diserahkan pada Departemen Keuangan dan di kelola oleh Perusahaan Asuransi Jiwasraya. Kemudian gedung ini dikontrak oleh kedutaan Inggris pada tahun 1961 sampai dengan tahun 1981. Setelah itu gedung ini sempat dijadikan Perpustakaan Nasional sebagai perkantoran. 

Pada akhirnya di tahun 1984, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Nugroho Notosusanto, menginstruksikan kepada Direktorat Permuseuman agar merealisasikan gedgun bersejarah ini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Gedung ini menjadi tempat yang bersejarah dan sangat penting artinya bagi Indonesia, karena pada 16 sampai 17 Agustus 1945 terjadi peristiwa sejarah, yaitu perumusan naskah proklamasi Indonesia. Maka itu Pemerintah ingin membuat gedung ini sebagai kenangan Indonesia saat ingin mencapai kemerdekaan nya. 

Penulis sangat mengapresiasikan gedung ini dan semua latar belakakang yang terjadi. Gedung ini menjadi tempat yang berarti bagi penulis, dan semua orang lain. Penulis berpikir bahwa sangat indah penulis bisa meletakan kaki diatas gedung yang dulunya pernah ditempati oleh tokoh-tokoh bersejarah dan juga pahlawan kita.

Penulis menelusuri gedung itu dari lantai satu sampai lantai dua, gedung ini dikatakan sangat besar walaupun hanya bertingkat dua, gedung ini sangat luas dan menelusuri gedung ini serasa seperti petualangan. Penulis akan menceritakan ruangang-ruangan yang terdapat di museum itu. Di museum ini terdapat 4 ruangan yang masing-masing memiliki cerita berbeda. Mari kita telusuri !

Ruangan pertama merupakan tempat peristiwa sejarah pertama dalam persiapan perumusan naskah proklamasi. Setelah kembali dari Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945, pada pukul 10 malam, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo, diterima oleh Laksamana Maeda di ruangan itu, ruangan ini bernama Ruang Pertemuan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline