Lihat ke Halaman Asli

Adi Saputra

Mahasiswa Hukum Tata Negara

Mahalnya Minyak Goreng adalah Bentuk Cekaman Utang Budi Dana Kampanye

Diperbarui: 13 April 2022   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Oleh : Adi Saputra, S.H

Belakangan ini Berbagai perbincangan di media menghiasi drama kenaikan harga minyak goreng sejak beberapa bulan lalu yang hingga kini masih terasa. Tak banyak yang bisa dilakukan ketika kenaikan harga signifikan terjadi pada sebuah komoditas pokok masyarakat selain harus terpaksa memperolehnya dengan membeli barang tersebut dengan harga yang mahal.

Coba kita melihat kebelakang sebelum harga minyak goreng melunjak mahal terjadi kelangkaan minyak goreng sehingga banyak ibu-ibu yang kesulitan untuk membeli minyak goreng bahkan ada yang meninggal dunia karena antri untuk membeli minyak goreng. Pertanyaannya apakah minyak goreng itu memang sudah langka?

Setelah terjadinya kelangkaan minyak goreng, pemerintah pun mengambil kebijakan untuk mencabut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2017 tentang yang disebut dengan singkatan HET. Setelah kebijakan itu diambil menteri perdagangan, minyak goreng tiba-tiba langsung melimpah dengan harga yang begitu tinggi.

Dalam hal ini kita bisa melihat bahwa minyak goreng itu sebenarnya tidak langka melainkan di timbun oleh beberapa oknum pengusaha dengan tujuan untuk membuat masyarakat resah, gelisah dan menyerah agar bisa mempermainkan psikologi masyarakat terhadap kebutuhan, dan ini dapat menciptakan permintaan pasar yang jauh lebih meningkat, sehingga dalam kondisi terdesak HET itu di cabut agar penawaran harga bisa di naikan setinggi-tingginya oleh pengusaha.

Dalam pahaman kapitalisme ada namanya teori Invisible Hand yang dicetuskan oleh Adam Smith, salah satu pakar ekonomika terkenal di dunia. Prinsip dasar dari teori tangan tak terlihat atau dikenal juga dengan teori "tangan tuhan" (the invisible hand) adalah adanya sebuah keyakinan bahwa keseimbangan pasar terbentuk secara natural dengan adanya pertemuan supply (penawaran) dan demand (permintaan). Teori ini mengesampingkan peran pemerintah dalam rangka membentuk keseimbangan pasar. Pemerintah dianggap sebagai oraganisasi formal yang menghambat perekonomian dan terbentuknya sebuah pasar yang natural.

Bertemunya suply dan demand secara alamiah merupakan respon dari rasionalitas hidup manusia dimana setiap manusia memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri dan mendapat keuntungan pribadi yang besar. Kecenderungan itu akan mendorong orang untuk memproduksi barang kebutuhan konsumen. Namun jika produksi itu berlebih, maka pasar akan meresponnya dengan penurunan harga, demikian pula sebaliknya ketika suatu produk langka, maka harganya akan menjadi tinggi.

Jadi tujuan dari teori Invisible hand untuk menciptakan keseimbangan antara harga, penawaran dan permintaan, tapi yang jadi pertanyaan, apakah keseimbangan itu murni sebagai harga pasar, atau memang mengalami distorsi karena strategi picik sebagian pengusaha atau kaum pemodal kapitalis itu?

Hal ini cukup membingungkan entah seberapa besar lagi harapan kita terhadap sistem yang dimana penguasanya itu terkesan selalu segan dan berhutang budi pada pengusaha. Dengan cara seperti mencabut HET pengusaha bisa menjual produk dengan harga sesuka hatinya, salah satu cara  membalas hutang budi kampanye selain dari memberikan jabatan kepada pengusaha, ya memberikan peluang kepada pengusaha untuk mengambil untung sebesar-besarnya dari penjualan produk perusahaannya. Bahkan lebih terkesan penguasa condong pada balas budi dana kampanye kepada pengusaha dari pada mengurusi kebutuhan rakyat, hal itu semangkin kuat terlihat belakangan ini.

Seharusnya para penguasa tetap harus mengedepankan kepentingan rakyatnya walaupun kepentingan politiknya juga sedang mendesak. Untuk mecapai tujuan politik seorang politisi memang harus ada juga yang di korbankan. Namun, sebaik-baik politisi adalah yang tidak mengorbankan masyarakatnya demi kepentingan politiknya, karena politik diciptakan dan dimanifestasikan berdasarkan filosofi dan tujuan untuk menyediakan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia, bukan kesengsaraan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline