Tulisan ini hanya pepesan kosong, untuk memaksa sedikit kita berpikir untuk memahami uniknya hidup dan kehidupan. Hanya itu, bukan untuk perdebatan, karena debat jauh dari rahmat. Juga hanya pendapat Pribadi dengan segala kebodohannya, agar dapat dimaklumi sebagai bagian dari pertanyaan dalam diri tentang kenapa? Mengapa? Yang berkaitan dengan apa yang saya tulis ini dan hingga saat ini belum saya temukan jawabannya...
Dan judulnya yang sedemikian rupa juga tidak ada kaitan sama sekali dengan masalah Geopolitik dan Geostrategi sebagai materi Ketahanan Negara.
Fasbeer sabran Jameela ( bersabarlah dengan kesabaran yang indah)
Ya,.... Sepertinya ini akan menjadi tulisan yang paling "bid'ah" dari beberapa tulisan yang pernah saya buat dalam perspektif saya sebagai manusia dan perokok.
Bagi saya tembakau adalah salah satu makhluk yang mendapatkan cercaan luar biasa dari beberapa pihak, begitu juga dengan nasib bagi pecandunya. Padahal karena tembakau inilah (salah satunya) yang memancing sebagian negara eropa dan kaum kolonialis datang menyambangi Nusantara. Lalu bagaimana pandangan saya terhadap tembakau?
ASPEK EKONOMI
Tembakau Indonesia pernah menjadi salah satu tembakau berkualitas dan mahal di pasar komoditi dunia, tapi bagaimana nasibnya? Perusahaan Farmasi barat gencar melakukan kampanye anti rokok karena rokok berbahaya untuk kesehatan. Akhirnya dimulailah degradasi produksi tembakau negeriku. Persis sama ketika minyak kelapa dan minyak goreng curah kita dicap sebagai pemacu kolesterol tinggi, akhirnya sebagian kebun kelapa dinegeri ini "mungkin" berubah fungsi atau kepemilikan.
Dan saat ini "mereka" keluarkan Virgin Coconut oil sebuah produk dengan nama " keren" dan ditengarai punya kekuatan penyembuhan yang luar biasa. Nasib Tembakau ternyata sama, setelah kampanye anti tembakau berhasil, sekali lagi "mereka keluarkan "rokok elektrik" produk yang namanya ke eropa eropaan dan kembali digandrungi sebagian orang orang "keren" negeri sebagai produk lifestyle. Kembali kita menjadi Negara konsumen.
ASPEK POLITIK
Negara ini secara intelegensia mumpuni, Tuhan takdirkan negeri ini dan sebagian Asia adalah negeri dengan makhluk manusia yang pintar dan jenius. Tapi komoditi komoditi aslinya yang luar biasa tidak bisa menjadikannya kaya. Bukankah zaman Asia sudah kenal peradaban, eropa masih hidup diatas dahan kayu?, mana tau anak sekarang ?, mereka hanya tau game online dan sinetron mendayu serta hanyut dalam kisah cinta cengeng yang membuai, "sayang sudah makan belum?", atau hanyut dengan liputan kemegahan kehidupan pesohor dan Transgender seksi dengan segala kontraversi. Ya Kontraversi dan perdebatan menjadi "lifestyle" anak negeri.
Lalu bagaimana nasibnya? " negeri orang pintar yang dipenuhi makhluk makhluk konsumtif, akhirnya pola pikir berubah menjadi pola makan dan pola tidur.