Lihat ke Halaman Asli

Kami sebagai Petani

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13902028131742201802

(Ilustrasi: antarafoto.com)***pernah kubisikkan semangat ini pada kawanku bahwa kami adalah simbol perlawanan zaman : aku dan kawanku seorang petani yang siap menantang zaman_lalu dengan bahasa penuh cinta kukabarkan pada kawanku tentang lahan kami yang siap dibajak sempat juga kuajak kawanku ikut membajak lahan ini berharap, suatu hari nanti kami bisa memetik buah bersama-sama : ah, indah nian mimpi kami kala itu_ lalu kini, sepertinya kami tak lagi bisa duduk bersama jika dulu kami hanyalah petani di tempat ini, barang kali sekarang kami sudah beda profesi : aku jadi petani, kawanku, entahlah!_sementara jejak-jejak kami masih basah, di sini! di tempat inilah kami pernah memandangi bintang merayu purnama, memetik mawar, pun sesekali memuji senja meneriaki penguasa bejat lalu kami memotretnya dalam bait-bait puisi yang indah : aku dan mereka jadi penyair_ lagi-lagi di tempat ini masih juga di tempat ini kami sudah bercerai-berai satu per satu kawanku mematahkan cangkulnya linggis di tangan mereka dibuangnya ke sungai mereka pulang sebelum sempat menanam benih : di sini lahannya tidak subur, itu kata mereka_________________________________

139020224366280183




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline