(Ilustrasi: www.pasti.co.id)***sudahlah, terlanjur ku ceritakan pada senja jika kita bukan lagi simbol perlawanan zaman dulu, mungkin kita sama-sama sebagai petani, disini di tempat ini kita pernah menanam se biji jagung saat hujan datang menelanjangi negeri kita tercinta dan suatu waktu kita berharap bisa panen bersama-sama adanya deretan makna mengeja kisah para petani pun akan kita petik ribuan buah cinta di kebun ini aku tahu kalian juga pencinta mawar, bukan? meski mawar menyimpang duri di tangkainya? aku dan kalian suka menanam mawar sebagai penyejuk hati memandanginya di sela kesibukan kita memupuk jagung :masihkah indah mawarmu kawan? setelah mimpi kalian sampai di puncak bukit prestasi sementara mimpiku masih merangkak di tepian tebing makna masihkah kalian ingin menjadi seorang petani seperti dahulu? menemaniku menanam biji-biji pepaya di musim yang payah ataukah tangan kalian sudah gerah mengayun gagang cangkulmu? pun barang kali kalian takut jika kaki kalian tertusuk duri tanaman? :ku harap duri 'kan mengingatkanmu pada rasa sakit kawan ! ah, sudahlah ! untuk apa lagi kalian merasa sakit tertusuk duri? bukannya kalian kini sudah memilih jadi gembala? biar aku saja yang merasakan sakitnya ditusuk durikalian urus saja sapi-sapi dan kerbau-kerbau kalian dan, biar pula ku jaga kebun yang dulu kita garap bersama 'kan ku tunjukkan bahwa semangatku se runcing duri tanaman itu 'kan ku tancapkan pula mimpiku di atas lahan gembur milikmu :maaf, aku masih ingin jadi petani kawan !_____________________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H