Lihat ke Halaman Asli

Aku di Rel Sebelah

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1396322533424334862

(Ilustrasi: tempo.co)***aku di rel sebelah
menunggu datangnya petir
menyambar kalimat-kalimat durja
dari janji lidah-lidah pendusta

aku di rel sebelah
mendiami rumah-rumah pikun
menyaksikan pesta penguasa rimba
yang digelar,
saat menyambut kematian akal

aku di rel sebelah
menikmati indahnya kota kata
menunggu diam sebagai jawaban
atas harapan yang terlanjur kusut
menemani badai yang kehilangan jiwa

aku di rel sebelah
terjepit di ruas waktu
saat gelisah tak lagi bertahta
meninggalkan rahim puisi para pujangga

aku di rel sebelah
menatap canda burung-burung
menyaksikan rupa lintah-lintah
pengisap darah semut-semut
yang baru saja berjalan di garis renta

aku di rel sebelah
menunggu kabar petang kecut
yang gesit berlari ke tebing duka
mengejar pagi bergelang duri
di iringi lagu-lagu dari tanah gersang

aku di rel sebelah
lagi sibuk menebang gerah
dengan tajam larik puisi
bak pisau bermata silet
yang baru saja ku asah di pagi buta

aku di rel sebelah
dalam semedi berteman sendawa
di bawah beringin berdauan kelor
setelah menyaksikan runtuhnya mimpi
di sisi bangunan ayat-ayat purba

aku di rel sebelah
sedang meratapi duka negeri wayang
berteman rima dan bait-bait ompong
di tengah serpihan kata-kata penghujat
di sela-sela rimbun pohon hikmah berdaun samar

aku di rel sebelah
terpenjara dalam kotak dusta
terpasung oleh parade-parade kotor
yang memuntahkan kalimat-kalimat dengki
tanpa tarian pena penghibur lara

aku di rel sebelah
menjadi penyair tanpa makna
mengabarkan lara dari balik rintih gerimis
untuk kalian pemuja-pemuja nafsu

___aku
di rel sebelah ___apa kabar,hai ....kau yang disana?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline