Lihat ke Halaman Asli

Adhwa Nabiila

Akademisi

Panti Jompo Bikin Orang Tua Sejahtera atau Makin Sengsara?

Diperbarui: 4 Juni 2024   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Freepik

Masih memiliki orang tua merupakan sebuah anugerah bagi setiap anak, apalagi ketika melihat usia kita yang sudah dewasa dan usia orang tua yang semakin tua.

Banyak anak, banyak rezeki merupakan konsep dimana orang tua menginvestasikan anak mereka sebagai jaminan hari tua. Mereka mengharapkan bahwa ketika mereka tua tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan karena anak -- anak mereka akan merawatnya hingga ajal menjemput. Hidup serumah dengan anak cucu di usia senja dianggap ideal karena dapat memberikan dukungan secara fisik dan emosional.

Di Indonesia, anak merawat orang tua merupakan kebudayaan wajib yang dinilai sangat penting. Hal ini dikarenakan nilai kekeluargaan di Indonesia sangatlah erat. Maka, para anak dianggap wajib membalas budi atas pengorbanan dan kasing sayang yang telah diberikan orang tua mereka. 

Tentunya hal ini memerlukan keikhlasan yang luar biasa. Jika anak yang merawat orang tuanya dengan tidak ikhlas, orang tua pun juga akan merasa tidak mendapat dukungan secara emosional. Karena pada dasarnya, dari pandangan religius, menghormati, menjaga perasaan dan merawat orang tua adalah wajib hukumnya.

Seperti yang kita tahu, stigma sosial memberikan perawatan orang tua lewat jasa perawatan formal adalah hal negatif, namun di Indonesia tetap banyak yang menyediakan panti jompo atau layanan perawat rumah, terutama di kota -- kota besar. Karena tentunya anak juga perlu bekerja untuk memberikan dukungan finansial bagi orang tua dan keluarganya.

Stigma lainnya adalah peran perempuan sebagai sosok perawat. Bukan berarti penampilannya seperti perawat di rumah sakit, namun mereka bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga dan merawat orang tuanya sendiri atau orang tua dari suami.

Namun, tahukah kamu? Di Jepang, orang tua yang memasuki usia lansia lebih memilih tinggal di panti jompo bahkan memilih untuk bunuh diri. Hal ini dikarenakan ada norma sosial yang kuat tentang kemandirian, mereka tidak ingin menjadi beban bagi anak -- anak mereka, serta adanya rasa malu dan harga diri yang tinggi untuk meminta bantuan dari anak -- anaknya. 

Generasi muda di Jepang selalu disibukkan dengan pekerjaan dengan jam kerja yang padat sehingga sulit untuk membagi waktu dan energi untuk merawat orang tua mereka. Ketersediaan dan kualitas panti jompo di Jepang yang relatif baik dan terorganisir dengan baik menjadi salah satu alasan para orang tua tidak ragu untuk memilih tinggal di sana. Bahkan, pemerintah Jepang juga memiliki program dan kebijakan untuk mendukung perawatan lansia.

Menurut saya sah -- sah saja jika orang tua berada di panti jompo, Karena di panti jompo sudah tersedia perawatan medis profesional, dibantu dalam beraktivitas sehari -- hari, fasilitas yang dirancang untuk kenyamanan lansia dengan aksesibilitas yang mendukung kesejahteraan lansia, terdapat kegiatan sosial dan rekreasi agar tidak merasa terisolasi sosial serta mendapatkan dukungan psikologis dari konseling dan dukungan emosional. 

Namun, tentu saja hal ini berdasarkan kesepakatan orang tua dan anak agar tidak ada beban emosional dari masing -- masing pihak. Jika orang tua masih ingin bersama dengan anak cucu maka bisa dijadwalkan ketika akhir pekan bisa kembali ke rumah atau anak bisa berkunjung ke panti jompo.

Terlepas dari stigma sosial di Indonesia. Konsep panti jompo bukanlah tempat buangan, namun tempat yang dapat diandalkan untuk merawat orang tua. Sehingga dari kedua belah pihak dapat menjalani kehidupan dengan sejahtera.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline