Lihat ke Halaman Asli

Diary of Mining Experience #3: Aktivitas Pertambangan, Kelestarian Lingkungan, dan Pemberdayaan Masyarakat

Diperbarui: 6 Maret 2016   06:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="#DoME hari ketiga"][/caption]

[Hari ketiga, 16 Februari 2016]

Rundown kegiatan bootcamp hari ketiga ini cukup padat. Sejak pagi, para peserta diajak mengunjungi pabrik pengolahan batuan yang ditambang dan mengikuti prosesnya hingga menjadi produk akhir yang siap dijual. Pengelolaan tailing berikut prosedur monitoringnya tak ketinggalan menjadi topik bahasan. Para peserta juga mendapat kesempatan mengikuti simulasi pemadam kebakaran oleh tim fire emergency services. Diskusi mengenai isu hangat yang tengah bergulir di masyarakat sekitar tambang pun turut digelar.

Jika hari sebelumnya kami mendapat kesempatan mendatangi bagian Mine Maintenance Area, pada hari ketiga ini kami mengunjungi bagian processing. Bagian ini merupakan awal dari proses pengolahan bijih yang ditambang oleh PT Newmont. Pak Budi, seorang senior metalurgist, menyampaikan paparan mengenai proses yang dijalankan oleh perusahaan ini dalam mengolah bahan baku tambang hingga menjadi proses akhir yang siap dipasarkan.

Batuan yang ditambang belum bisa langsung dipasarkan. Batuan atau bijih tambang tersebut harus diolah terlebih dahulu di pabrik untuk memisahkan mineral berharga dari material lain yang tidak memiliki nilai ekonomis. Dalam proses pemisahan ini, ada dua metode yang dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan tambang. Pertama, metode kimia, yaitu dengan menggunakan bahan kimia seperti arsenik atau merkuri untuk memisahkan mineral dari batuan. Kedua, metode fisika, yaitu dengan menggunakan proses fisika sehingga mineral berharga dapat terpisah dari batuan asalnya.

PT Newmont menggunakan metode fisika dalam mengolah material tambangnya. Proses ini meliputi aktivitas crushing, grinding, dan floating. Bijih atau ore akan ditumbuk (crushing) lalu dilumatkan (grinding) untuk mengecilkan ukurannya agar lebih mudah diolah pada tahap berikutnya. Selanjutnya, material tersebut akan diapungkan (floating) untuk memisahkan mineral dengan bahan lain yang tidak diiperlukan. Setelah ore diolah, akan diperoleh dua jenis output, yaitu konsentrat dan tailing. Konsentrat adalah produk yang akan dipasarkan, sementara tailing adalah sisa material yang tidak terpakai. Pada dasarnya, konsentrat dan tailing memiliki kandungan yang sama. Hanya saja, kadar mineral berharga dalam tailing sangat rendah sehingga tidak memiliki nilai ekonomi.

[caption caption="Pabrik pengolahan konsentrat"]

[/caption]Setelah selesai pemaparan, kami diberi kesempatan melihat langsung proses pengolahan di pabrik. Kami begitu antusias menaiki anak tangga hingga lantai tiga agar dapat melihat bagaimana proses pengolahan ore. Mesin-mesin berukuran raksasa saling terhubung dan terus beroperasi selama 24 jam sehari. Selama berada di pabrik, kami melengkapi diri dengan alat pengaman seperti helm, kacamata, ear plug, rompi, dan sepatu boot. Perlengkapan tersebut kadang membuat kami jadi tidak leluasa bergerak. Namun, prosedur keselamatan harus tetap dijalankan.

Diskusi bersama Pak Budi dan para karyawan PT Newmont  mengenai proses pengolahan sekaligus melihat langsung proses tersebut di pabrik berlangsung hingga tengah hari. Setelah jeda istirahat, kegiatan bootcamp dilanjutkan dengan mengamati pengelolaan tailing. Instalasi pengelolaan dan monitoring taling tersebut berada di pantai.

Dalam prosedur pengelolaan tailing, PT Newmont diberikan dua pilihan, yaitu penempatan tailing di wilayah darat atau di dasar laut. Penempatan di darat membutuhkan setidaknya area seluas 2.300 hektar untuk menampung tailing tersebut. Karena Sumbawa merupakan daerah yang rawan gempa, opsi penempatan di darat tidak memungkinkan untuk dipakai. Pertimbangan lain, penyediaan lahan yang begitu luas dikhawatirkan dapat merusak habitat flora dan fauna endemik di sana serta mengganggu keseimbangan lingkungan. Opsi yang dipilih adalah penempatan tailing di dasar laut.

PT Newmont membangun instalasi pipa sepanjang 6,2 km dari pabrik menuju pantai untuk mengalirkan tailing ke palung yang ada di selatan Sumbawa. Tailing mengalir secara otomatis akibat gaya gravitasi bumi. Sistem pipa tailing berujung pada jarak sekitar 3,2 km dari bibir pantai pada kedalaman 125 meter tepat di tepian palung. Karena tailing memiliki massa jenis dua kali lipat dibanding massa jenis air, tailing akan mengendap di dasar palung sedala 4.000 meter.

Kami mengecek instalasi tailing tersebut sembari berdiskusi dengan karyawan PT Newmont mengenai aspek lingkungan dan dampak yang ditimbulkan oleh tailing. Menurut mereka, secara berkala perusahaan melakukan pemantauan yang meliputi aspek ekologi, kualitas air dan sedimen, serta physioceanograpy untuk memastikan bahwa tailing aman dan tidak merusak kelestarian lingkungan laut. Ada standar ketat dari pemerintah yang harus dipenuhi oleh PT Newmont terkait pengelolaan tailing tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline