Hal baru senantiasa menarik, apalagi jika berbeda dengan keseharian kita. Pada tanggal 14 hingga 22 Februari 2016 yang lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi tambang Batu Hijau yang dioperasikan oleh PT Newmont Nusa Tenggara. Kegiatan tersebut bertajuk Sustainable Mining Bootcamp. Lokasi tambang Batu Hijau berada di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Selama sembilan saya bersama rekan-rekan lainnya beraktivitas di dalam dan luar lingkar tambang ini. Aktivitas tersebut saya rangkum dalam tulisan bertajuk DoME, Diary of Mining Experience, yang saya publikasikan secara berseri. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
[caption caption="Miniatur lokasi tambang"][/caption]
Acara Sustainable Mining Bootcamp ini digelar oleh PT Newmont Nusa Tenggara (selanjutnya disebut PT NNT) sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat mengenai dunia tambang. Peserta bootcamp diajak melihat secara langsung proses operasional pertambangan. Selain itu, peserta juga diberi kesempatan tinggal bersama masyarakat di sekitar tambang agar bisa memperoleh gambaran langsung tentang kondisi tambang dan dampaknya bagi masyarakat.
Peserta bootcamp berasal dari latar belakang pendidikan dan profesi yang berbeda. Ada yang mendalami studi di bidang kimia, komunikasi, serta akuntansi. Pekerjaan kami pun beragam. Ada yang bekerja sebagai pegawai negeri, pengajar, videografer, hingga ibu rumah tangga. Keanekaragaman tersebut justru akan membuat bootcamp semakin seru dan berwarna. Setiap orang akan mengamati tambang sesuai dengan minat dan perspektif masing-masing.
Siang Minggu, 14 Februari 2016, pesawat yang kami tumpangi dari Bandara Soekarno-Hatta mendarat dengan mulus di landasan Bandara Lombok Praya. Cuaca cukup cerah, lanskap Pulau Lombok tampak mempesona dilihat dari atas. Awal yang bagus untuk memulai kegiatan bootcamp.
Dengan menggunakan bus, kami melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Kayangan di ujung timur Lombok. Pelabuhan ini memiliki tiga dermaga, yaitu untuk ferry, pelabuhan rakyat, serta keperluan operasional PT NNT Kami bertolak menuju Pelabuhan Benete di Sumbawa dengan kapal cepat MV Tenggara Satu. Karyawan PT NNT yang ingin menggunakan layanan ini harus menebus tiket seharga Rp 100.000 sekali jalan. Sementara bagi masyarakat umum, tiket dibanderol Rp 135.000 per perjalanan. Ada juga beberapa wisatawan asing yang memilih kapal cepat ini. Ombak-ombak di sepanjang pantai selatan Sumbawa menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis penggemar surfing itu.
[caption caption="Suasana sesaat sebelum mendarat di Praya, Lombok"]
[/caption]
Gelombang laut cukup bersahabat. Kurang dari dua jam penyeberangan, kapal cepat sudah merapat di Teluk Benete. Teluk ini merupakan gerbang masuk menuju tambang Batu Hijau. Ada dua dermaga di Pelabuhan Benete, satu digunakan untuk keperluan penumpang, satu lagi digunakan untuk mengangkut konsentrat hasil tambang. Setiap 2 minggu ada kapal besar yang memuat konsentrat dari Batu Hijau untuk dikirim menuju smelter yang ada di Gresik.
Hampir semua peserta bootcamp masih asing dengan dunia tambang. Oleh karena itu, begitu memasuki area tambang, kami diarahkan menuju sebuah ruangan untuk dijelaskan mengenai seluk beluk dunia tambang secara umum. Pada tahun 1986, PT NNT memulai kontrak karya dengan pemerintah untuk menambang di Sumbawa. Perlu waktu 14 tahun bagi perusahaan itu untuk mengeksplorasi dan meneliti apakah kandungan mineral di Batu Hijau cukup ekonomis dan menguntungkan untuk ditambang. Setelah diperoleh data yang valid dan mencukupi, barulah pada tahun 1997 dimulai proses konstruksi untuk membangun mining site. Tambang baru mulai beroperasi penuh pada tahun 2000. Mineral yang ditambang oleh PT NNT adalah tembaga dengan mineral ikutan berupa emas.
Pak Ruslan, salah seorang karyawan senior di bagian corporate communication, menceritakan perjalanan panjang PT Newmont dari awal beroperasi hingga saat ini. Sebagai bentuk kontribusi dan tanggung jawab kepada masyarakat di sekitar tambang, perusahaan menjalankan program Corporate Social Responsibility yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut untuk mengantisipasi agar ketergantungan masyarakat lokal terhadap tambang tidak terlalu tinggi. Saat pertambangan ditutup kelak, msayarakat masih tetap dapat menjalankan perekonomian dengan mandiri.
Dalam proses pertambangan, safety atau keselamatan merupakan hal yang sangat penting. Kami mendapatkan induksi terkait prosedur keselamatan selama berada di area pertambangan. Tidak hanya keselamatan diri sendiri, keselamatan rekan-rekan lainnya juga harus menjadi perhatian. Kami dibekali seperangkat alat pelindung diri berupa helm, kacamata, rompi, dan sepatu boot. Perlengkapan tersebut wajib dipakai saat kami mengikuti rangkaian kegiatan di lingkar dalam area tambang. Selain itu, kami diberi ID card yang berfungsi sebagai piranti identifikasi dan akses terhadap fasilitas-fasilitas yang disediakan PT NNT.