Lihat ke Halaman Asli

Dimana Nasionalisme-mu Wahai MNC..???

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Ajang Piala Sudirman sudah usai. Terlepas dari gagalnya pemain Indonesia membawa pulang tropi kejuaraan internasional itu, disisi lain menyisakan sebuah cerita memilukan bagi pencinta olahraga bulutangkis di Indonesia, khususnya yang tinggal di area blank spot yang tidak bisa menonton televisi lewat teresterial, hanya mengandalkan parabola.

Untuk kesekian kalinya, pihak MNC, kali ini lewat MNC TV (eks TPI), meng-scramble (mengacak) tayangan olahraga yang satu-satunya bisa dibanggakan dari republik ini. Kami yang hanya bisa menonton televisi lewat satelit (parabola) lagi-lagi menjadi korban oleh mereka yang hidup dengan nuansa kapitalisme.

MNC diacak saat Sudirman Cup berlangsung.

Bukan kali ini saja, sebelumnya juga terjadi saat Piala Dunia 2006 dan 2010 serta Liga Inggris. Untuk Piala Dunia dan Liga Inggris, OK-lah itu bukan masalah lantaran gengsi dan harga hak siar yang tinggi, wajar saja mereka berusaha mencari untung ‘memeras keringat’ kami.

Bayangkan, untuk menyaksikan Piala Dunia di tahun 2006, penerima saluran televisi lewat parabola mesti membeli Digital Satellite Receiver (DSR) bermerk Matrix Soccer yang harga awalnya dilepas di kisaran Rp. 1,5 juta, merangkak naik sampai Rp. 2 juta. Umur DSR ini pun tak lama, hanya 30 hari pertandingan Piala Dunia. Selanjutnya, akan kembali ke harga DSR murmer (murah meriah). Bahkan, ada seorang teman yang menjualnya hanya dengan harga Rp. 50.000,-

Ironisnya, pada tahun 2010 dimana hak siar kembali dipegang MNC yang ditayangkan RCTI dan Global TV, DSR itu tak bisa digunakan lagi. Kali ini, mereka, menawarkan produk baru, yaitu Matrix Bola. Harganya sama, kualitasnya pun sama. Hanya berumur 30 hari.

Sementara, untuk Liga Inggris, MNC mewajibkan kami harus ikut berlangganan dengan pay tv miliknya, seperti Indovision, TOP TV dan Oke Vision. Sampai dalam batas ini, bisalah hal ini kita katakan wajar karena MNC tentu membayar mahal untuk tayangan yang sangat-sangat bergengsi itu.

Nah, yang sangat disesalkan adalah saat MNC TV memegang hak siar Piala Sudirman 2011. Kok bisa-bisanya MNC melakukan ini. Apakah di pucuk pimpinan perusahaan ini tidak tersisa sedikit pun rasa nasionalisme? Haruskah semuanya dinilai dengan keuntungan materi belaka?

Mengapa stasiun tv Thailand seperti TV7 dan TV3 bisa menayangkan Piala Dunia 2006 secara Free To Air (FTA)? Kenapa VTV Vietnam dan CCTV China mampu menyiarkan Piala Dunia 2010 secara gratis lewat satelit kepada masyarakatnya?

Mengapa pula CTN Kamboja, Saba TV Afghanistan, ZNBC Zambia bisa memberi tontonan Liga Inggris secara cuma-cuma kepada rakyatnya?

Di channel lokal, kok bisa tvOne dengan La Liga-nya dan Indosiar dengan Serie A-nya menyiarkan secara FTA kepada masyarakat seperti kami yang tinggal di pelosok negeri ini?

Sebenarnya, sungguh sudah sangat banyak caci maki dan sumpah serapah yang dilontarkan ke MNC, terlebih-lebih saat Piala Sudirman lalu digelar. Bahkan, seorang teman sudah menghapus MNC TV dari list channel DSR-nya.

Tapi, sepertinya MNC memang tidak tahu, atau memang tidak mau tahu. Sama dengan tulisan ini, karena hanya akan dianggap angin lalu. Saya kasihan kepada rekan-rekan dan tetangga yang tidak bisa menyaksikan juga tidak punya waktu untuk menguasai dan mempelajari parabola yang dimilikinya. Coba searching aja di google atau klik saja disini untuk mengetahui beberapa sumpah serapah dan cacian kepada MNC.

Apalagi saat komentataor MNC TV secara berulang-ulang mengatakan bahwa MNC TV merupakan official media partner Thomas dan Uber Cup 2012. Emosi seorang kawan pun langsung membludak seraya mengeluarkan cacian tanpa arah.

Sungguh, tulisan ini bukanlah untuk menyudutkan pihak MNC. Bahkan, saya ‘berterima kasih’, lantaran hal inilah yang memotivasi saya untuk belajar dan belajar tentang dunia pertelevisian dan persatelitan.

Dengan bekal ilmu yang saya miliki (walaupun masih setitik), hasil belajar di sebuah forum yang sangat saya cintai sampai saat ini, menonton Piala Dunia, English Premier League (EPL), Lega Calcio, termasuk Piala Sudirman kemarin bukanlah hal yang menyulitkan.

Satu contoh, sebuah satelit yang menayangkan semua pertandingan EPL atau Liga Inggris. Artinya, kalau ada 8 partai yang bertanding secara serentak, stasiun televisi ini akan menayangkan semuanya. Tinggal kita, memilih mau nonton yang mana. Kelebihan lainnya, Liga Inggris di channel ini lebih cepat 5-10 detik dibandingkan Indovision-nya MNC yang bergantung kepada ESS.

Apalagi untuk Piala Sudirman kemarin. Saya menonton lewat channel Feed, saluran mentah langsung dari Qingdao tanpa iklan, bebas komentator dan sms-sms yang mengganggu pandangan. Gambarnya juga lebih tajam dan cling dengan kualitas High Definition (HD).

Final Sudirman Cup di channel feed. Sebagai penutup, saya akan lampirkan satu gambar yang menunjukkan bahwa meskipun channel MNC TV diacak saat Piala Sudirman lalu, ternyata masih bisa dibuka. Tapi, bukan dengan DSR biasa dan memerlukan kode rahasia tentunya. Nggak percaya? Nih buktinya.......... MNC TV yang diacak pun bisa dibuka dengan receiver dan kode khusus. ABDULLAH LATHIF MANJORANG @pippoadhif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline