Lihat ke Halaman Asli

Anak-anak Belajar di Dunia Nyata

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13340459881925179539

[caption id="attachment_170919" align="aligncenter" width="640" caption="Bermain di sawah ( dok. pribadi )"][/caption] Sudah menjadi rahasia umum bahwa anak-anak sekarang sudah melek teknologi sejak kecil. Saya heran melihat keponakan saya yang berusia 3 tahun sudah mahir menggunakan handphone. Meski itu hanya untuk bermain game atau kamera. Tidak butuh waktu lama, ketika dia memegang untuk pertama kalinya handphone saya, dia sudah bisa menemukan dimana icon untuk bermain game atau icon untuk membuka kamera. Dengan jari yang lincah dan cepat, sekejap dia bisa membukanya. Untuk ukuran orang dewasa, saya sendiri harus membaca tulisan-tulisan di layar handphone untuk memastikan yang saya klik adalah benar yang saya maksud. Belum lagi jika anak sekecil ini memegang gadget baru yang bernama tablet pc. Dia tahu dimana letak game Angry Bird berada. Padahal anak seusia ini belum bisa membaca. Tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi gaya pendidikan kepada anak. Anak-anak jaman sekarang dengan diberi asupan gizi yang luar biasa. Perlindungan keamanan dan kenyamanan yang luar biasa. Maksud baik orang tua memberikan yang terbaik untuk anak. Makanan yang terbaik, pendidikan yang terbaik, lingkungan yang terbaik, keamanan dan kenyamanan yang terbaik. Hal yang diharapkan adalah anak bisa tumbuh dan berkembang optimal sehat dan kuat. Sejenak saya melihat di sekitar rumah bagaimana anak-anak kecil sangat dilindungi oleh orang tuanya. Tidak boleh keluar rumah karena bahaya kendaraan yang lalu lalang. Semua jenis permainan dari yang sederhana sampai yang canggih seperti gadget, console game (video game player) dan komputer disediakan di rumah agar anak betah di rumah. Di rumah dipasang AC dengan plasmacluster pembersih udara dari bakteri dan virus. TV kabel khusus acara anak-anak disediakan di rumah supaya anak-anak tidak sering berlari-larian dan memilih duduk tenang menonton televisi. Banyak aktivitas berlari untuk anak-anak akan beresiko jatuh dan terluka. Belum lagi mindset para orang tua yang ingin anaknya menjadi anak yang penurut dan tenang penuh perhatian. Maaf ! Anak yang sangat aktif bergerak sering diasumsikan sebagai anak autis, atau anak dengan syndrom ADD/ADH. Di luar rumah rawan sumber penyakit dan tidak hiegenis/bersih. Main air tidak boleh sembarangan. Tidak boleh memegang tanah karena tanah mengandung banyak bakteri berbahaya. Begitu hiegenisnya gaya hidup anak-anak, ketika sandalnya terkena debu pasir, anak ini akan berteriak-teriak ketakutan. Phobia sesuatu yang "kotor". Beda dengan jaman saya masih kecil. Biasa berkotor-kotor dan apa adanya alamiah. Sehingga tubuh ini terbentuk antibodi yang alami. Alami karena tubuh ini dari kecil terbiasa melawan bakteri dan virus yang bebas berkeliaran di alam bebas. Bisa karena biasa. Kebal karena bebal. Begitulah kira-kira. Kembali ke pendidikan anak-anak jaman sekarang. Anak-anak dari kecil sangat jarang belajar langsung dengan alam. Padahal alam ini mengajarkan kita banyak hal. Dan memang seharusnya kita banyak belajar dari alam. Mari kita lihat permainan anak-anak di luar rumah. Lebih banyak ke mall atau ke tempat-tempat permainan anak yang sangat memenuhi standar keamanan dan kenyamanan untuk anak-anak. Semisal bermain dengan dunia air, orang tua akan memilih tempat seperti kolam renang yang khusus diperuntukkan untuk anak-anak, ketimbang di pantai atau di sungai. Permainan pendidikan anak-anak kepada alam tak lebih baik dari sebuah model-model belajar dengan alat-alat peraga. Belajar tentang buah-buahan, maka ada gambar-gambar buah, atau buah-buah dari plastik. Belajar tentang serangga cukup lewat komputer atau gambar-gambar serangga. [caption id="attachment_170923" align="aligncenter" width="640" caption="Berlarilah sampai kau jatuh (dok. pribadi )"]

1334047616339281432

[/caption] Tidak ada salahnya jika orang tua memberikan kesempatan anak-anak untuk belajar di dunia nyata. Ajaklah ke pantai dan berenang-renang di tepian pantai, meskipun air laut itu juga kotor. Ajaklah sesering mengajak ke mall, anak-anak pergi ke sawah dan merasakan langsung bagaimana bentuk asli tanaman padi yang menghasilkan beras yang kita masak sehari-hari dan kita makan setiap hari. Biarkan anak-anak berlarian di pematang sawah dan menunggu pada saatnya dia jatuh berkubang air dan lumpur. Merasakan rasa air sawah dan meraba atau meremas-remas  lumpur-lumpur di sawah. Melihat burung-burung beterbangan mencari makan di sawah, bukan melihat burung-burung marah di Angry Bird. Biarkan rasa ingin tahunya tersalur kepada hewan dan tanaman di sekitarnya daripada lebih kepada gadget dan console game. Biarlah tangan-tangannya terasa gatal karena terkena rumpun-rumpun padi atau kakinya gatal karena gigitan semut. Jangan terlalu khawatir! Ada bedak penghilang gatal dan minyak kayu putih pengobat gigitan serangga/semut. Biarkan anak-anak akrab dengan dunia nyata daripada dunia maya yang penuh daya imajinasi karena pada saatnya tiba, dia akan mendapat banyak inspirasi dari dunia nyata untuk mengembangkan imajinasinya. Ini duniamu Nak, dunia nyata yang luas. Bukan dunia maya sebatas gadget 7 inch. [caption id="attachment_170925" align="aligncenter" width="640" caption="Biarkan rasa ingin tahunya lebih kepada dunia nyata ketimbang maya (dok. pribadi )"]

1334047733142968794

[/caption] Salam anak-anak dari Ubung Denpasar



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline